Mohon tunggu...
Ahmad zaenal abidin
Ahmad zaenal abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjahit kata

Seorang penyulam yang percaya bahwa jahitan kata bisa merubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Algoritma Cinta Anak STM

1 Oktober 2021   11:56 Diperbarui: 1 Oktober 2021   12:05 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Algoritma cinta anak STM.

Cuaca halte Baranang Siang-Bogor, itu tampak panas seperti biasa, tetapi sengatan sinar mentari tak lagi berasa, tiupan angin pelan yang didorong liukan dedaunan dan rimbun pohon yang berjejer rapi sepanjang jalan pajajaran menggoda Aryo dan tiga orang temannya untuk sejenak menikmati pelukan alam.

Halte selalu jadi favorit Aryo untuk menikmati siang selepas penat berkutat dengan pelajaran seharian. Bersandar pada tiang halte warna kuning di depan toko buku gramedia, ditiup belaian angin pelan sambil sesekali matanya melirik perlahan satu per satu orang yang hilir mudik menunggu angkot atau bus, atau masuk dan keluar dari toko buku.

"Bus kita mau datang, tuh, cabut, yuk!"  ajak Erwin pada Aryo.

"Tar dulu, gue masih betah di sini," balas Aryo pelan.

Matanya tertuju pada tiga orang gadis dengan seragam SMU dari seberang jalan menuju halte tempat Aryo berdiri.

"Geser, geser, ada putri langit mau singgah, kasih tempat, jangan rese!" perintah Aryo pada tiga orang temannya sambil gestur matanya tajam dan serius.

Aryo kerap berceloteh pada teman-temannya, bahwa jadi anak STM itu pilihan Tuhan, tak hanya dilatih oleh alam untuk berani dalam kehidupan, hadapi perkelahian jalanan yang tak terelakan, tetapi juga harus jadi seorang pria sejati, yang selalu menghormati perempuan, perlakukan mereka layaknya seorang putri langitan.

Aryo sendiri sebenarnya merasa tersesat dan salah memilih sekolah, niat hati ingin menghindari pelajaran IPA (Ilmu pengetahun Alam), lalu dengan asal memilih Sekolah Teknik Menengah (STM) dengan harapan tak bertemu lagi dengan pelajaran yang tak disukainya.

Alih-alih terhindar dari pelajaran IPA, sekolahnya sekarang malah dijejali aneka ilmu fisika, gambar teknik, hingga algoritma terapan. Satu yang paling membuatnya kaget, sekolahnya sekarang dihuni 95% makhluk sejenisnya bernama pria, hanya ada 8 orang gadis dalam sekolahnya, bahkan guru perempuan pun hanya ada 5, lengkap sudah ketersesatan Aryo.

Kering, gersang, kerontang dalam lara, setengah hati setiap melangkah pergi sekolah, tak ada lagi semangat, tipis asa, walau jiwa mudanya tetap menggelora.

Halte Pakuan adalah satu-satunya hiburan di mana dia merasa hidup, berada di tengah hiruk-pikuk zaman di era perubahan dua tahun setelah tumbangnya orde baru.

"Siang, Teteh, mangga calik (Siang, Mbak, silakan duduk)," sapa Aryo ramah pada tiga orang gadis berseragam SMU yang berjalan melintas tepat di depannya.

Sapaannya dibalas cuek oleh tiga gadis  yang dituju, melangkah santai melewatinya tanpa ada jawaban, tanpa respons, seolah tak ada siapa-siapa di depan mereka.

"Teteh rambutnya lucu, cantik.," tambah Aryo nakal seolah tak peduli dengan gestur penolakan tiga gadis SMU itu.

Gadis berambut keriting panjang yang diikat kuda langsung menengok ke arah Aryo, alih-alih mendapat senyuman, gadis itu malah menampakan gestur penolakan dan tanpa senyuman segera membalikkan leher, melewati Aryo yang tertegun ragu.

"Serbuuuuu!!"

Pekik seseorang di seberang jalan, tangannya ditarik ke atas memberi komando, diiringi pekikan yang sama oleh puluhan temannya.

Mereka mulai menambah kecepatan, dari jalan menjadi berlari, menuju ke halte tempat Aryo dan teman-temannya berada.

"Yo!! Cabut, kita diserang!!" perintah Erwin pada Aryo.

Ya, Tuhan, Aryo panik, adrenalinnya naik, dilihat sekilas ratusan anak STM lain tengah berlari ke arahnya, tangan-tangan mereka membawa aneka senjata tajam, dari mulai pedang, samurai hingga gear yang diikat tali bersiap menghantam apa pun yang ada di depannya.

"Ikut gua!!" ujar Aryo berusaha tenang, gestur tangan dan matanya mengajak Erwin dan dua orang temannya berbalik arah menuju toko buku Gramedia di belakang halte.

Dikejarnya perlahan tiga orang gadis berseragam SMU tadi, lalu menyamakan langkah seolah mereka saling mengenal, dan memegang tangan gadis berambut keriting tadi seraya berkata pelan, "Teteh maaf, dibelakang mau tawuran, tolong sebentar, ya." Tangan Aryo memegang tangan gadis berambut keriting dengan ragu.

Gadis berambut ikal itu nampak kaget, gestur tubuhnya nampak juga ragu, tak sepatah katapun keluar dari bibir nya yang tipis. Tangannya lalu memegang jari-jari Aryo seraya berjalan menuju toko buku.

"Nih pegang." Gadis berambut ikal itu menyodorkan minuman dalam gelas plastik ke tangan Aryo.

"Makasih, Teh." Aryo menjawab setengah kaget.

Puluhan anak STM tadi telah memenuhi halte, lalu beringsut ke arah parkiran Gramedia hingga beberapa jengkal dari tempat Aryo dan temannya berjalan.

Mereka tak akan mengira bahwa Aryo dan temannya adalah anak STM yang mereka cari, karena lazimnya anak STM saat itu jomblo, berjalan serombongan dengan gadis SMU bukan stereotip anak STM saat itu,  tapi anak SMA.

"Gak diminum juga kali." Tiba-tiba gadis rambut ikal itu berceloteh ke arah Aryo.

Entah karena gugup nyaris tawuran, haus dan deg-degan bertemu gadis, tanpa sadar Aryo menyeruput minuman yang dia pegang.

"Sorry teh, ga sengaja." Balas Aryo polos.

Saat kerumunan pelajar makin menumpuk dan menarik perhatian para pengunjung, tampak beberapa petugas security berhamburan keluar untuk membubarkan kerumunan seraya menenangkan situasi.

"Ini nih biangnya!!"  Pekik seorang petugas security sambil menunjuk ke arah Aryo.

Leher Aryo dan Erwin ditarik paksa oleh dua orang security, tangannya yang kekar mencekik Erwin dan Aryo membuat mereka tak kuasa untuk berkata karena tercekik.

"Amankan mereka berdua, bawa ke kantor!!"

Bersambung..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun