Di dunia influencer tanpa akal, perhatian adalah kebutuhan pokok. Mereka akan berusaha mencuri perhatian dengan berbagai trik, seakan-akan sedang tampil di atas panggung megah, padahal tak lebih dari bintang kilauan palsu yang berusaha menarik pandangan.Â
Mengenakan pakaian yang mencolok dan aksesori mewah, seolah-olah keberadaan mereka tak ada artinya jika tak dihiasi dengan gemerlapan dunia maya.Â
Bagi mereka, segala cara untuk menarik perhatian di media sosial adalah sah-sah saja, dan tak ada batasan etika atau moral yang menghalangi mereka.
Dan ketika bicara tentang isi konten, dunia influencer tanpa akal tampaknya diisi dengan konten yang sama sekali tak bermakna.Â
Apakah berpose sepanjang hari, mencoba berbagai trik rias wajah, atau bahkan sekadar meniru berbagai tantangan viral yang mengemuka di platform tersebut.Â
Seakan-akan, tak ada batasan untuk mencapai ketenaran, selama mendatangkan like dan komentar yang memuaskan, mereka bahagia.Â
Tak peduli apakah konten tersebut bernilai edukatif atau hanya menghibur sebentar, asalkan mendatangkan angka statistik yang menggoda.
Namun, perlu diakui bahwa daya tarik dari para influencer tanpa akal ini memang memikat banyak orang. Mereka adalah ilusi popularitas yang terpampang megah, di mana akal dan substansi tak lagi menjadi ukuran.Â
Orang-orang terlena dengan gaya hidup glamor yang ditampilkan, dan tanpa sadar, mereka terjebak dalam jebakan dunia maya yang tak berujung. Seakan-akan dunia nyata telah tersingkirkan oleh kehidupan maya yang semu.
Terkadang, kita juga dihibur oleh perseteruan antar-influencer tanpa akal yang meledak-ledak seperti petir di jagad maya.Â
Mereka bersaing mengungguli satu sama lain demi mendapatkan popularitas, seakan-akan popularitas adalah suatu komoditas yang bisa dibeli dengan harga murah.Â