Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dari Tugas ke Tanggungjawab; Lebih Penting Diselesaikan atau Dihidupi??

15 Oktober 2025   23:16 Diperbarui: 15 Oktober 2025   23:16 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kompilasi Dokumen Perkuliahan  Kls. V/D MK. Meris Manajemen Pendidikan (Rabu 15 Oktober 2025)

Pilar Ketiga-Integritas: Dari Kewajiban ke Keteladanan; Tanggung jawab sejati tidak membutuhkan pengawasan. Seorang Kosma atau Ketua Kelompok yang memeriksa tugas anggota tanpa disuruh, atau seorang asisten muda yang memantau LMS hingga malam, sedang menanam nilai integritas. Tanggung jawab lahir dari hati, bukan sekadar struktur.

Pilar Ketiga-Kolaborasi: Mengubah Tugas Jadi Kesempatan Belajar Bersama
 Kolaborasi ilmiah tidak terjadi karena pembagian kerja, tapi karena kesediaan untuk tumbuh bersama. Ketika mahasiswa saling membantu menyusun laporan, memberi umpan balik, atau berdiskusi di LMS, mereka sedang membangun community of practice. Di titik inilah tugas berubah menjadi ruang ibadah ilmiah.

Pilar Keempat-Kepemimpinan: Belajar Memimpin Tanpa Gelar; A. Rusdiana (2025) menegaskan bahwa asisten, ketua kelas, dan ketua kelompok adalah "pemimpin tanpa gelar." Mereka membimbing tanpa perintah dan menumbuhkan tanpa pamrih. Kepemimpinan semacam ini menumbuhkan etos tanggung jawab kolektif di mana setiap anggota merasa memiliki visi bersama.

Pilar Kelima-Keberkahan: Menyambung Ilmu dengan Adab; Ketika tugas dijalankan dengan tanggung jawab dan adab, hasilnya bukan sekadar nilai, tetapi keberkahan. Dalam Islam, ilmu yang bermanfaat lahir dari hati yang bersih. Kolaborasi yang dilandasi niat ibadah melahirkan keberkahan ilmu menjadi amal jariyah intelektual bagi siapa pun yang terlibat.

Kolaborasi akademik akan tumbuh kuat bila setiap mahasiswa memahami perbedaan antara tugas yang selesai dan tanggung jawab yang dihidupi. Tugas bisa dikumpulkan, tapi tanggung jawab membentuk karakter. Rekomendasi: 1) Dosen perlu menilai proses kolaborasi, bukan hanya produk akhir; 2) Mahasiswa perlu menumbuhkan kesadaran diri sebagai tutor sebaya bagi rekan-rekannya; 3) Kampus perlu mengembangkan sistem mentoring berbasis tanggung jawab sosial ilmiah, bukan hanya prestasi individu.

Ketika tugas berubah menjadi tanggung jawab, perkuliahan bukan lagi rutinitas administratif, melainkan perjalanan spiritual. LMS pun tak sekadar media digital, tetapi mihrab ilmiah tempat mahasiswa belajar amanah, adab, dan keberkahan. Dari sinilah lahir generasi pemimpin akademik sejati yang belajar bukan karena disuruh, tapi karena sadar bahwa ilmu adalah amanah. Wallahu A'lam.

Teaser (150 karakter):

Tugas bisa dikumpulkan, tapi tanggung jawab harus dihidupi. Dari sinilah kolaborasi tumbuh, bukan karena perintah, tapi karena kesadaran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun