Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalender Merah, Akal Sehat Tetap Menyala; Kok Bisa?

5 September 2025   23:55 Diperbarui: 6 September 2025   00:07 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twibon Selaamat Pemperingati Mauld Nabi SAW, YSDP Al-Mishbah  5 September 2025 Dimodifikasi

Kalender Merah, Akal Sehat Tetap Menyala: Kok Bisa?

Oleh: A, rusdiana

Setiap tahun, bangsa kita memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan beragam tradisi, mulai dari pengajian, doa bersama, hingga kajian-kajian tematik. Peringatan ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga momentum spiritual untuk meneladani konsistensi Nabi dalam berdakwah. Namun, ada satu pengalaman menarik yang justru lahir dari ruang akademik: seorang mahasiswa bertanya, “Prof, Jumat ini kita ada jadwal kuliah, tapi bertepatan dengan tanggal merah Maulid Nabi. Apakah kelas otomatis libur?”

Pertanyaan sederhana ini membuka ruang refleksi lebih dalam: apakah hari libur nasional otomatis berarti libur intelektual? Kalender boleh saja berwarna merah, tetapi apakah pikiran dan proses belajar juga harus berhenti?

Libur Formal, Bukan Libur Akal Sehat

Saya menjawab dengan lugas: kalender boleh merah, tapi akal sehat jangan ikut berhenti. Pembelajaran tidak harus dibatasi ruang fisik atau tatap muka di kelas. Forum daring, diskusi kelompok, atau kajian mandiri tetap bisa berjalan. Inilah makna penting dari konsistensi intelektual: belajar bukan kegiatan musiman, tetapi proses berkesinambungan.

Jika Nabi Muhammad SAW tidak pernah berhenti berdakwah meski menghadapi rintangan, maka dunia akademik pun seharusnya tidak berhenti hanya karena ada tanggal merah. Justru di situlah kita diuji: apakah belajar hanya dipahami sebatas rutinitas jadwal, ataukah benar-benar menjadi bagian dari gaya hidup intelektual?

Realitas Lapangan: Antara Formalitas dan Konsistensi

Faktanya, sebagian mahasiswa masih menunggu kepastian teknis. Ada yang bertanya lewat grup, ada pula yang bahkan belum punya grup kelas untuk koordinasi. Dalam kasus yang saya alami, seorang mahasiswa menghubungi saya untuk memastikan kelas tetap berjalan. Saya arahkan agar mereka membuat grup kelas, mengoordinasikan dengan teman-teman dari sesi lain, serta mendalami materi esei argumentatif dari kuliah sebelumnya.

Di sisi lain, mahasiswa dari kelas lain justru japri (jalur pribadi) karena belum memiliki wadah komunikasi yang jelas. Pada akhirnya, saya tetap melayani, mendampingi, bahkan hingga larut malam. Tugas administrasi akademik, termasuk urusan absensi di LMS, baru bisa saya tuntaskan menjelang tengah malam. Artinya, meskipun kalender menandai libur, pelayanan akademik tetap berjalan bahkan lebih intensif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun