Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Revisi, Editing, dan Branding Akademik Lebih Penting dari Sekedar Menulis?

1 September 2025   23:54 Diperbarui: 1 September 2025   23:54 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Skipsi, tersedia di https://skripsiexpress.com/revisi/

Mengapa Revisi, Editing, dan Branding Akademik Lebih Penting daripada Sekadar Menulis?

Oleh: A. Rusdiana

Perkuliahan semester Ganjil tahun akademik 2025/2026 akan berlangsung mulai 1 September hingga 19 Desember 2025. Pada jenjang S1, saya mengampu mata kuliah Metode Penelitian; sementara di S2 membimbing Manajemen Sumber Daya Pendidikan dan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Dalam proses ini, mahasiswa dan dosen sama-sama dituntut menghasilkan karya tulis akademik yang tidak hanya memenuhi standar metodologis, tetapi juga menunjukkan keunggulan akademik melalui revisi, editing, dan strategi branding. Revisi, editing, dan branding akademik penting untuk meningkatkan kualitas, kejelasan, dan kredibilitas tulisan ilmiah serta membangun reputasi akademisi. Revisi berfokus pada penataan ulang ide dan struktur, editing menyempurnakan detail seperti tata bahasa dan ejaan, sedangkan branding membangun citra positif dan pengaruh seorang akademisi di komunitas ilmiah.

Mengelola tulisan melalui revisi dan editing merupakan bagian dari teori penelitian yang menekankan siklus continuous improvement. Dari perspektif soft skills berpikir kritis, revisi adalah latihan refleksi intelektual---menyaring ide agar tetap relevan, koheren, dan meyakinkan. Sementara itu, branding akademik adalah hasil nyata dari konsistensi: karya yang dipublikasikan secara luas membangun reputasi dosen maupun mahasiswa di dunia ilmiah.

Teori Job Demand-Resources Model menegaskan bahwa beban akademik akan terasa berat bila tanpa dukungan sumber daya. Revisi dan editing justru menjadi "resources" yang memperkuat keterlibatan (work engagement) karena membuat tulisan lebih percaya diri untuk dipublikasikan. Wenger melalui konsep community of practice dan Vygotsky melalui social learning juga menekankan bahwa identitas akademik tumbuh melalui interaksi: kualitas tulisan yang konsisten akan membangun jejaring intelektual.

Sayangnya, fenomena "mind mismatch" masih kerap terjadi: karya ilmiah berhenti di tahap draft tanpa perbaikan, sehingga gagal memberi nilai tambah bagi branding akademik. Tulisan ini bertujuan menjelaskan mengapa revisi, editing, dan branding akademik penting, serta bagaimana hal itu dapat memperkuat penelitian dan penulisan karya ilmiah mahasiswa maupun dosen. Berikut Lima Pilar Pembelajaran dari Revisi, Editing, dan Branding Akademik:

Pilar Pertama: Revisi sebagai Proses Berpikir Ulang; Revisi bukan hukuman, melainkan kesempatan untuk memikirkan kembali argumen. Bagi mahasiswa, revisi adalah sarana menyempurnakan skripsi atau artikel. Bagi dosen, revisi memperlihatkan kedewasaan akademik. Tulisan yang direvisi berulang kali biasanya lebih tahan kritik dan mudah diterima di forum ilmiah.

Pilar Kedua: Editing untuk Kejelasan dan Profesionalitas; Editing melibatkan perbaikan bahasa, tata tulis, alur logika, dan kejelasan pesan. Editing bukan sekadar mempercantik teks, melainkan membangun kredibilitas. Mahasiswa yang terbiasa mengedit tulisannya akan lebih siap menghadapi publikasi jurnal, sementara dosen akan mengurangi risiko penolakan di jurnal bereputasi.

Pilar Ketiga: Branding Akademik melalui Konsistensi Publikasi; Setiap tulisan yang dipublikasikan baik di jurnal, prosiding, maupun platform digital---adalah branding material. Konsistensi revisi dan editing memastikan kualitas branding. Dosen dengan rekam jejak publikasi yang rapi akan lebih mudah mendapat pengakuan akademik, sedangkan mahasiswa akan lebih percaya diri memasuki dunia kerja.

Pilar Keempat: Digital Platform sebagai Laboratorium Publikasi; Era digital membuka peluang branding akademik melalui blog, portal kampus, atau media seperti Kompasiana. Platform ini menjadi laboratorium publikasi: setiap artikel yang rapi hasil revisi dan editing akan menjadi portofolio intelektual. Mahasiswa dapat memanfaatkannya untuk membangun digital academic footprint, sementara dosen menjadikannya sarana diseminasi pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun