Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Purwakarta dan Kabupaten Purwakarta

26 Mei 2021   11:11 Diperbarui: 20 Juli 2024   07:22 3929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Universiteit Leiden Libraries

Pertama, letak Sindangkasih cukup strategis bagi jalannya pemerintahan, karena berada di bagian tengah daerah Karawang. Kedua, tanahnya subur dan arealnya memungkinkan untuk dikembangkan. Ketiga, memiliki sumber air, yaitu kolam (situ, empang) yang kemudian dibangun menjadi Situ Buleud. Keempat, suhu udara di Sindangkasih cukup menyenangkan (berhawa sedang-panas).  Suhu udara demikian sangat disenangi oleh para pejabat kolonial, antara lain residen dan asisten residen. Kelima, keberadaan Cikao sebagai pelabuhan sungai, adalah salah satu faktor penting bagi kehidupan ekonomi masyarakat daerah setempat.  

Dengan kata lain, kondisi Sindangkasih waktu itu dianggap lebih baik bila dibandingkan dengan kondisi Wanayasa. Pertimbangan-pertimbangan itu memang sesuai dengan tradisi masyarakat Sunda waktu itu dalam menentukan tempat untuk pusat pemerintahan.

Sindangkasih Menjadi Purwakarta

Sindangkasih telah lama ada dan dikenal jauh sebelum kepindahan Kabupaten  Karawang di Wanayasa ke Sindangkasih, yaitu sejak masa Galuh Pajajaran dan Pakuan Pajajaran yang dapat dibuktikan melalui jalan raya kuno (Pajajaran Highway) dari sejak Kawali -- Karang Sambung -- Tomo -- Kutamaya -- Cisalak -- Sagalaherang -- Wanayasa -- Kembang Kuning -- Cikao -- Tanjungpura -- Cibarusah -- Warung Gede -- Cileungsi hingga Batutulis, Pakuan.

Hal ini juga dapat dibuktikan melalui peta kuno berupa Arsip Peta (Map Archief):

  1. Peta Sindangkasih dan sekitarnya, karya Wimmercrantz, 05 Desember 1778.
  2. Peta Cikao dan sekitarnya, karya J.G. Mathee, 21 Juli 1790.
  3. Peta Citarum dan sekitarnya, karya Eerhardt, 1809/1810.
  4. Peta Cikao dan sekitarnya, karya Anonim, 1840.
  5. Peta Lampiran Skripsi "Pelaksanaan Proyek Djatiluhur", karya R. Walujo Basuki bin R. Pardjan Partodihardjo, FISIP UGM, Yogyakarta, 1966.

Setelah Bupati R.A.A. Suriawinata menetap di Sindangkasih, sebagian dari daerah itu segera dibangun menjadi ibukota baru Kabupaten Karawang. Dapat dipastikan, pembangunan kota itu didasarkan pada-pola kota tradisional, dengan ciri utama alun-alun sebagai pusat kota, pendopo di sebelah Selatan alun-alun, masjid agung di sebelah Barat alun-alun dan rumah keluarga bupati di sebelah Timur alun-alun. 

Pola kota dengan ciri-ciri tersebut memang merupakan pola kota-kota lama di Jawa Barat khususnya dan di Pulau Jawa umumnya. Pola ini mengacu pada tata kota jaman Kesutanan Cirebon dan Kesultanan Mataram Islam dan keduanya mengacu pada tata kota Kerajaan Majapahit.

Sindangkasih   sebagai   ibukota   Kabupaten Karawang   diresmikan   berdasarkan Besluit (Surat Keputusan) Pemerintah Kolonial Hindia Belanda tanggal 20 Juli 1831 Nomor 2 (Lampiran 1), dengan nama baru, Purwakarta. Akan  tetapi, nama Sindangkasih tetap digunakan, yaitu sebagai nama distrik di wilayah ibukota Kabupaten  (sekarang menjadi nama kelurahan). Surat keputusan tersebut adalah sumber akurat dan primer serta mengandung makna yuridis formal.  Oleh karena itu, tanggal 20 Juli 1831 merupakan fakta sejarah tentang berdirinya kota/daerah bernama Purwakarta.

Sumber: tribunnews
Sumber: tribunnews
Beberapa Versi Hari Jadi Purwakarta

Menurut Djoenaedi Abdoelkadir Soemantapoera, dalam buku karyanya yang berjudul "Sejarah Purwakarta I: Dari Karawang ke Purwakarta Lewat Wanayasa (1633-1942)", bahwa: kepindahan ibukota Kabupaten Karawang dari Wanayasa ke Sindangkasih yang kemudian hari berganti nama menjadi Purwakarta oleh bupati R.A.A. Soeriawinata (Dalem Shalawat) diiringi oleh segenap anggota keluarga, kerabat dan pejabat Kabupaten  beserta rakyat Wanayasa ini terjadi pada hari Minggu Legi tanggal 02 Mei 1830 sekitar pukul 10.00 WIB yang kemudian diadakan upacara selamatan/syukuran kepindahannya dan sekaligus penetapan ibukota Kabupaten  Karawang yang berkedudukan di Purwakarta pada hari Jumat Legi tanggal 07 Mei 1830 Masehi atau bertepatan dengan tanggal 16 Dzul-qa'dah (Hapit) 1245 Hijriyah, sekitar pukul 09.00 WIB. 

Dengan Chandra Sangkala: "Swarga Katon Bhujangga Budhi" 1830. Arti harfiahnya adalah 'Surga kelihatan oleh bhujangga yang berbudi'. Ada pun pengertiannya adalah: karena lebih dahulu aman dan lebih dahulu sentosa, maka karena kekuatan dan keamanan kita itu kepercayaan terhadap Allah, Tuhan Yang Maha Esa semakin bertaambah tebal. Berikut ini adalah catatan tentang persamaan kalendernya:

  • Tanggal Masehi: 07 Mei 1830, Jumat Sukra
  • Tanggal Jawa: 14 Dulkaidah (Hapit) 1757, Jemuwah, Legi
  • Tanggal Hijriah: 14 Dzul Qaidah 1245, Jumat
  • Dina, Pasaran: Jemuwah, Legi
  • Windu, Lambang: Sangara, Kulawu
  • Warsa: Jimawal
  • Wuku: Warigagung / Warigadyan
  • Mangsa: Kasewelas-Sadha (Dhesta) (19/04 s/d 11/05)
  • Musim: Mareng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun