Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyongsong Era Bonus Demografi 2030: Mengembangkan Talent Mawahib sebagai Agen Perubahan

23 Mei 2024   00:08 Diperbarui: 23 Mei 2024   01:41 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ACT Consuting, tersedia di actconsulting.co

Menyongsong Era Bonus Demografi 2030: Mengembangkan Talent Mawaahib sebagai Agen Perubahan

Oleh: Ahmad Rusdiana

Indonesia akan segera memasuki era bonus demografi pada tahun 2030, di mana populasi usia produktif akan mencapai puncaknya. Kondisi ini menawarkan peluang emas bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional, namun juga menuntut kesiapan sumber daya manusia yang berkualitas "talent mawabib". 

Para ahli tasawuf mengartikan mawahib sebagai anugerah yang masuk ke dalam hati tanpa ada kasab (usaha) berupa keterbukaan rahasia-rahasia Zat dan cahaya-Nya".

Dalam konteks ini, pengembangan talent atau Mawaahib yang mampu beradaptasi, berinovasi, dan menjadi agen perubahan positif sangat krusial. Artikel ini akan membahas proses menjadi seorang talent Mawaahib yang adaptif dan inovatif, serta peran strategis mereka dalam menghadapi era bonus demografi.


Proses menjadi seorang talent Mawaahib yang unggul melibatkan beberapa tahap penting. Dilansir dari Business Jargons, ada enam poin utama yang harus dikuasai oleh seorang talent untuk dapat beradaptasi di lingkungan kerja pusat maupun daerah: kemampuan analisis diri, kesadaran humble, kesederhanaan, proaktivitas, kemampuan berkarya, dan kontribusi terhadap institusi. Mengaitkan hal ini dengan kesiapan Indonesia menyongsong bonus demografi 2030, berikut adalah elaborasi dari keenam poin tersebut: 

Pertama: Kemampuan Analisis Diri Seorang talent Mawaahib harus memiliki kemampuan untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan diri. Dengan pemahaman yang mendalam tentang dirinya, seorang talent dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan bekerja pada area yang memerlukan perbaikan. Analisis diri ini menjadi dasar bagi adaptasi dan pengembangan kemampuan yang relevan dengan kebutuhan institusi. 

Kedua: Kesadaran Humble dan Kesederhanaan Kesadaran akan pentingnya rendah hati dan kesederhanaan membuat seorang talent lebih mudah diterima dan dihargai di lingkungan kerja. Sifat humble juga memungkinkan mereka untuk belajar dari orang lain dan terus mengembangkan diri. Kesederhanaan dalam pendekatan kerja membantu menjaga fokus pada tujuan institusi tanpa terjebak dalam kompleksitas yang tidak perlu. 

Ketiga: Proaktivitas Seorang talent harus proaktif dalam mengambil inisiatif dan menawarkan solusi inovatif. Sikap proaktif ini tidak hanya membantu institusi berkembang tetapi juga menempatkan talent tersebut sebagai agen perubahan yang signifikan. Di era bonus demografi, sikap proaktif diperlukan untuk menghadapi dinamika pasar tenaga kerja dan tuntutan ekonomi yang semakin kompleks.

Keempat: Kemampuan Berkarya Kemampuan untuk berkarya dan berkontribusi secara nyata di lingkungan kerja adalah indikator penting dari seorang talent Mawaahib. Dengan menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas, seorang talent menunjukkan komitmen dan dedikasi terhadap kemajuan institusi. Ini juga menginspirasi rekan kerja dan generasi muda untuk berkarya lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun