Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyongsong Era Bonus Demografi 2030: Integrasi Nilai-nilai Mawahib dalam Pengembangan SDM Indonesia

23 Mei 2024   01:37 Diperbarui: 23 Mei 2024   01:41 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:  Kemenko PMK, tersedia dalam kemenkopmk.go.id

Menyongsong Era Bonus Demografi 2030: Integrasi Nilai-Nilai Mawahib dalam Pengembangan SDM Indonesia

Oleh: Ahmad Rusdiana

Indonesia diprediksi akan memasuki era bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya unggul dalam keterampilan dan pengetahuan, tetapi juga memiliki kekuatan spiritual dan moral. 

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah integrasi nilai-nilai mawahib dari ilmu tasawuf, yang menawarkan perspektif mendalam tentang anugerah spiritual dan peningkatan kualitas diri.

Mawahib, sebagai anugerah yang masuk ke dalam hati tanpa usaha, mencakup empat elemen utama: distansi, konsentrasi, kasyaf, dan insan kamil (Simuh, 2019). Keempat elemen ini memiliki relevansi yang signifikan dalam konteks pengembangan SDM menuju era bonus demografi. Yu kita telisik satu persatu:


Pertama: Distansi (Pemisahan); Distansi dalam tasawuf mengajarkan pentingnya memisahkan diri dari hal-hal duniawi yang menghalangi seseorang dari mendekat kepada Tuhan. 

Dalam konteks modern, ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengelola distraksi dan fokus pada tujuan jangka panjang. Bagi generasi muda Indonesia, distansi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memisahkan diri dari distraksi digital dan sosial yang berlebihan, sehingga dapat lebih fokus pada pengembangan diri dan kontribusi positif terhadap masyarakat.

Kedua; Konsentrasi (Ittihad); Konsentrasi dalam tasawuf mengacu pada penyatuan hati dan pikiran dalam mengingat dan mendekat kepada Tuhan. Bagi SDM Indonesia, kemampuan untuk berkonsentrasi dan fokus pada tugas serta tujuan adalah kunci untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Dalam era digital yang serba cepat ini, kemampuan untuk berkonsentrasi dan bekerja secara mendalam (deep work) akan menjadi aset berharga.

Ketiga: Kasyaf (Penyingkapan); Kasyaf adalah penyingkapan rahasia-rahasia Ilahi yang memberikan pemahaman mendalam tentang realitas. Dalam konteks pengembangan SDM, kasyaf dapat diterjemahkan sebagai kemampuan untuk memiliki wawasan mendalam dan kritis terhadap situasi dan tantangan yang dihadapi. Kemampuan ini akan membantu generasi muda Indonesia dalam mengambil keputusan yang bijak dan inovatif, terutama dalam menghadapi dinamika global yang kompleks.

Keempat Insan Kamil (Manusia Sempurna); Insan kamil adalah konsep manusia sempurna yang menjadi tujuan akhir dalam tasawuf. Ini mengajarkan pentingnya pengembangan diri secara holistik, mencakup aspek intelektual, emosional, dan spiritual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun