Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengadi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Membagun Kemadirian Kaum Milenial. (Bagian II): Melalui "Sastra Herdjendraningrat Pangruwating Dyu, dan "Suci Tata Ngesti Tunggal

9 Mei 2024   00:46 Diperbarui: 9 Mei 2024   18:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lp2m.ustjogja.ac.id

Membangun Kemandirian Kaum Milenila (Bagian. II). Melalui "Sastra Herdjendrajuningrat Pangruwating Dyu," dan "Suci Tata Ngesti Tunggal,"

Oleh: Ahmad Rudiana

Ki Hadjar Dewantara, dalam perjalanan hidupnya, beliau merelakan begitu banyak bagian dari dirinya untuk mencari kesejatian arti pendidikan. Kedalaman pemikiran-pemikiran beliau selalu mencita-citakan kemerdekaan manusia yang selaras dengan kodrat diri, alam, dan masyarakat; sesuatu yang kemudian menjadi warisan berharga bagi bumi Indonesia (dan bagi dunia-hanya saja belum disadari oleh manusia secara jamak-). Pantas, Beliu ditetapkan Pemerintah sebagai Pahlawan Nasional pada 1959, yaitu melalui Keputusan Presiden Nomor 305 Tahun 1959.

Dalam sistem yang dia kembangkan, semasa tugasnya Ki Hadjar Dewantara mengeluarkan "11 Fatwa akan Sendi Hidup Merdeka". Beliau pernah persan, di belakang hari, ajaran ini dikenal dan dikaji lagi antara lain dengan penyebutan beken "pendidikan karakter". Seperti dikutip dari salah satu situs web lembaga pendidikan Taman Siswa, dan tulis dalam buku buku Ki Hajar Dewantara-Biografi Singkat 1889-1959, oleh Suparto Rahardjo, Penerbit Garasi, Cetakan V, 2014 (halaman 86-89). 

Hal itu, terangkum ada 11 Fatwa Sendi Hidup Merdeka Ki Hajar Dewantara yang sebagian dituls dengan bahasa jawa: Lawan Satra Ngesti Mulya, Sastra Herdjendrajuningrat Pangruwating Dyu, Suci Tata Ngesti Tunggal, Hak Diri untuk Menuntut Salam dan Bahagia, Salam Bahagia Diri Tidak Boleh Menyalahi Damainya Masyarakat; Kodrat Alam Penunjuk untuk Hidup Sempurna; Alam Manusia adalah Alam Berbulatan; Dengan Bebas dari Segala Ikatan dan Suci Hati Berhambalah kepada Sang Anak; Tetep-Mantep-Antep, Ngandel-Kendel-Bandel-Kandel; Neng-Ning-Nung-Nang.  Yang kebetulan 4 patwa terakhir ini sudah saya publis dengan judul: Prinsip-Prinsip Pendidikan Ki Hajar Dewantara: Membangun Kemandirian, Percaya Diri, dan Ketenangan Batin (Bag. I).

Kali ni izin kan saya untuk menggali; 3 fatawa yakni: Lawan Satra Ngesti Mulya, Sastra Herdjendrajuningrat Pangruwating Dyu, Suci Tata Ngesti Tunggal. diberi Judul: Membangun Kemandirian (Bag.II). Melalui Sastra "Herdjendrajuningrat, Pangruwating Dyu, dan Suci Tata Ngesti Tunggal" Hal ini, memberikan pandangan yang dalam tentang esensi pendidikan yang berkelanjutan dan relevan dalam era Globalisasi 5.0. Dalam konteks ini, Globalisasi 5.0 menekankan integrasi antara teknologi digital dengan nilai-nilai kemanusiaan untuk mencapai keberlanjutan yang inklusif dan berkelanjutan. Mari kita ekplorasi  satu persatu:

Pertama: Lawan Satra Ngesti Mulya (dengan ilmu, kita menuju kemuliaan): Dalam era Globalisasi 5.0, di mana informasi dan pengetahuan dapat diakses secara luas melalui teknologi digital, penting bagi individu untuk mengembangkan kemampuan memahami dan menggunakan ilmu pengetahuan dengan bijak. 

Kemajuan teknologi telah mempercepat pertukaran informasi, namun kemuliaan dan kesuksesan sejati masih bergantung pada kebijaksanaan dalam memanfaatkannya. Oleh karena itu, pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya ilmu sebagai kendaraan menuju kemuliaan tetap relevan. 

Di era Globalisasi 5.0, kemuliaan bukan hanya dilihat dari segi material atau keberhasilan finansial semata, tetapi juga dari kontribusi positif yang dapat memberikan dampak bagi masyarakat dan lingkungan. Kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan dengan bijak untuk mencapai kemuliaan secara individu dan kolektif sangatlah penting dalam menghadapi kompleksitas tantangan global saat ini.

Kedua: Sastra Herdjendrajuningrat Pangruwating Dyu (ilmu yang luhur akan menyelamatkan dunia serta melenyapkan kebiadaban): Pandangan Ki Hajar Dewantara tentang ilmu yang luhur sebagai penuntun keluar dari kegelapan moral dan memanfaatkan potensi diri untuk tujuan yang luhur sangat relevan dalam era Globalisasi 5.0. Teknologi dan informasi yang semakin canggih dapat digunakan untuk berbagai tujuan, baik yang positif maupun yang negatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun