Belakangan ini, beranda Youtube dan Tiktok penuh dengan cuplikan demo terkait tunjangan DPR yang katanya bisa sampai Rp50 juta. Wajar saja kalau rakyat resah. Bagaimana tidak? Banyak orang masih berjuang keras memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara di sisi lain, para wakil rakyat justru asyik dengan kenaikan tunjangan.
Menurut saya, demo itu sah-sah saja. Itu bagian dari hak rakyat untuk menyampaikan suara. Tapi satu hal yang saya harap: jangan sampai demo berubah jadi ajang anarkis. Merusak fasilitas umum atau membakar properti justru merugikan masyarakat sendiri. Fasilitas itu dibangun dengan uang rakyat juga, jadi kalau rusak, rakyat pula yang menderita.
Sayangnya, ada kendala klasik yang selalu muncul: suara orasi di depan DPR jarang terdengar ke dalam gedung. Hal ini karena jarak gerbang DPR dengan gedungnya lumayan jauh. Akhirnya, pesan yang seharusnya sampai ke telinga wakil rakyat justru hilang di udara. Mungkin perlu dipikirkan cara kreatif misalnya menghadirkan sound horeg supaya suara rakyat benar-benar sampai ke dalam ruangan rapat DPR.
Di sisi lain, saya berharap aparat kepolisian bisa mengawal demo dengan cara yang lebih humanis. Kita masih ingat tragedi '98, jadi di mana banyak korban jatuh akibat benturan keras antara massa dan aparat. Jangan sampai kejadian itu terulang lagi. Rakyat hanya ingin bersuara, bukan berperang melawan negara.
Dan yang terpenting, semoga para pejabat DPR merenung. Mereka bukanlah raja yang bisa menentukan segalanya sesuka hati. Mereka hanyalah wakil rakyat, yang dipilih untuk membawa amanah. "Raja" sesungguhnya adalah rakyat. Tanpa rakyat, mereka bukanlah siapa-siapa.
Demo bukan hanya tentang marah-marah di jalan. Demo adalah cermin kegelisahan rakyat. Bila suara rakyat bisa didengar dan dijawab dengan bijak, maka negara ini akan semakin kuat, berdiri di atas rasa keadilan dan kebersamaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI