"Hai, Laras," sapa Rian. "Mau makan juga?"
Laras menggeleng, "Aku sudah. Tapi aku lihat kamu makan sendirian, jadi mau menemanimu sebentar."
Laras duduk di kursi depan Rian. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan kantin yang mulai sepi.
"Rian, aku dengar kamu baru saja lulus seleksi magang di percetakan Pak Wisnu, ya?" tanya Laras tiba-tiba.
Rian tersentak, "Hah? Bagaimana kamu tahu?"
Laras tersenyum, "Kebetulan kemarin aku bertemu Pak Wisnu. Dia bilang sedang mencari mahasiswa magang yang rajin dan bisa diandalkan. Aku langsung teringat kamu."
Rian terdiam, hatinya diliputi rasa haru dan lega. "Syukurlah kalau begitu. Aku sedang mencari pekerjaan sambilan, soalnya..." Rian ragu-ragu untuk melanjutkan.
Laras mengerti, "Soalnya kamu harus membantu orang tua?"
Rian mengangguk, "Iya. Aku tidak ingin membebani mereka lagi."
Laras menepuk pelan bahu Rian, "Aku paham. Tapi kamu juga harus jaga kesehatan dan fokus kuliahmu. Jangan sampai kelelahan ya."
Rian menatap Laras dengan tatapan penuh terima kasih. "Terima kasih, Laras. Aku sangat beruntung memiliki teman sepertimu."