Mohon tunggu...
Ahmad Toxok
Ahmad Toxok Mohon Tunggu...

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belum Saatnya Dewasa

9 November 2014   03:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:17 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini cukup lelah. Sepanjang pagi-siang-sore habis di desa (Pujon, Malang). Selama itu menyisakan satu momen yang paling saya ingat. Ketika adek-adek siswa kelas 3 SD bilang, “Permainan itu permainan anak kecil, gak level”. Itu diucap mereka ketika kita ajak untuk bermain do-mika-do, permainan tradisional yang ngetrend di jaman kecilku dulu. Dan sampai sekarang pun jika teman kuliah saya negajak main, ayok!

Adek itu cewek, kalimat lain yang pernah saya denger ketika saya ajak bermain, “Dek, ayok melok (main)?” “Gak mau, gak level. Aku gak mau permainan kayak gitu (logat sinetron)”. Geli sebenarnya, dan rasanya pengen ikutan juga pakek logat-logat sinetron. Tetapi yang lebih saya ingin kerjakan adalah sehari saja tau aktivitas anak-anak ini, bagaimana keseharian dia di rumah, dengan keluarganya? Bagaimana proses internalisasinya dalam ruang-ruang sosialnya sehingga anak-anak ini sepertinya berbakat main sinetron?

Aku kira anak-anak ini harus dikembalikan lagi menjadi anak-anak. Mereka belum saatnya bilang, “itu permainan anak-anak”. Karena mereka masih anak-anak! Jadi kalau anak-anak gak mau permainan anak-anak, mereka melakukan permainan apa? Permainan anak dewasa?

Mungkin ini salah satu penyebabnya. Ketika beberapa minggu yang lalu saya temukan anak-anak (siswa 1 & 2 SD) ini berlaku porno. Mereka dengan terbuka bertanya dengan monggoda, mungkin guyonan, dengan kalimat, misalnya, “kak, mau anu?”. Dan tadi saja, sekira ada lima pertanyaan pancingan dari adek-adek ini yang berbau porno, sangat porno! “kak, samen tau ngene?” kak, iki opo jenenge?” “kak, iki lo (sambil menunjuk sesuatu)”.

Ya, mereka harus dikembalikan menjadi anak lagi. Mereka belum waktunya menjadi anak-dewasa. Kasiahan mereka, mereka memasuki masa terlalu cepat. Mereka dewasa premature. Mereka … kehilangan masa anak-anaknya!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun