Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Secangkir Kopi

8 Januari 2019   11:58 Diperbarui: 8 Januari 2019   12:03 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by insta-stalker.com


Ada seduhan yang mempunyai taste yang berbeda setiap kali engkau minta. Bila aku yang membuat maka komposisinya kupastikan aku pun suka.Sesendok gula, kopi dan seduhan panas dalam secangkir. Bukan gelas dan mesti mug sedang.

Bisa kopi apa saja yang kuramu. Merek tertentu atau buatan pedagang pasar. Yang penting komposisi tentukan rasa. Aromanya adalah barometer awal kenikmatan 

Mestilah harus panas sekali, bila perlu lebih dari 100 derajat Celcius. Bukan sekedar hangat tak bernyali. Kopimu adalah paduan rasa sebelum meminta dan melayani tanpa dipaksa.

Ada beragam kopi pernah kutawarkan: white coffee, black coffee , mocca, latte, espresso atau cappuccino. Selalu setia dengan kopi pahit yang aku sebut the black one. Katamu kopi itu penawar racun nikotinmu. Aku tak mau tahu.

Maka sebelum kau bukakan mata, kuaromai hidungmu dengan wanginya. Sebelum kau mintakan pasangannya , kusediakan pisang goreng menggodamu.

Dulu, pernah aku tak peka dengan permintaanmu. Tentang beragam taste kopi. Sampai aku harus menanggung sedihnya belajar meramu kopi sendirian. Menunggumu untuk meminum kopi dari petang sampai pagi lagi. Dinginnya tak membuatku jengah untuk meminumnya sendiri.

Sampai kutemukan cangkir ajaib yang membantuku menemukan tastemu. Meladenimu dalam hangatnya kopi pagi dan asapnya yang menyeruak ruangan dan menusuk hidungku. Kunikmati juga secawan sebelum ku pergi dan mencium tanganmu.

Indahnya sebuah penemuan membuatku tersadar hakekat yang dalam dari secangkir kopi. Bukan hanya sekedar pertemuan gula, air dan kopi tetapi lebih dari aroma yang memabukkanku di pagi hari.

Maka bila belum kau temukan ramuan sejatimu tentang kopi. Janganlah menyerah untuk terus mencoba. Siapa tahu proporsi dan pengalamanmu butuh lebih dari sekedar perjalananku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun