Mohon tunggu...
Andi H
Andi H Mohon Tunggu... Pujangga Koding

Kosongkan isi gelas Anda bila ingin mengganti air yang baru. Ganti cara berpikir lama Anda dengan wawasan yang baru. Yang lama belum tentu jelek, yang baru belum tentu bagus. Bijaksanalah dalam berpikir dan bertindak. Give and will be Given.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Strategi dan Taktik Menabung dengan Aman

16 Mei 2016   15:54 Diperbarui: 16 Mei 2016   18:25 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era Tabanas

Selain itu saya mulai mengenal bank dari teman sekelas. Mula-mula saya ikut menemani teman untuk datang ke bank. Ternyata teman sekelas tersebut disuruh orang tuanya menyetor uang ke bank. Orang tua teman saya itu punya toko dan keuntungan hasil penjualan pada hari kemarin, disetorkan keesokkan harinya ke bank. Dari sinilah saya mengenal Tabanas (Tabungan Pembangunan Nasional).

Tabanas - sumber photobucket
Tabanas - sumber photobucket
Hampir setiap hari saya "mengawal" teman saya itu ke bank dan saya juga diajak untuk mulai menabung di Tabanas. Mungkin teller bank pada saya saat itu jengkel juga setiap hari ada anak kecil setor uang recehan antara 5 sampe 10 perak datang. Ketika awal bulan saya terkejut ketika ada nilai uang yang tidak saya setor tetapi menambah akumulasi tabungan saya itu. Saya lihat dengan seksama setiap baris. Ternyata ada keterangan setoran dengan nama bunga. Dari Tabanas itulah saya mulai mengenal yang namanya bunga bank.

Pada masa itu tujuan saya menabung adalah mengakumulasi uang untuk mendapat dana tambahan (berupa bunga). Strateginya adalah menabung di bank dan taktiknya adalah menyetor uang dengan dana maksimum yang saya punya sehingga bunga yang didapat akan lebih banyak.

Era Tabungan Berhadiah Undian

Karena produk bank bukan hanya tabanas, saya ditawari produk tabungan berhadiah dan dengan bunga lebih tinggi dari tabanas. Ketika itu di pertengahan tahun 90-an bank-bank swasta mulai menawarkan tabungan dengan iming-iming hadiah undian. Ada berhadiah mobil, motor, dan uang jutaan rupiah (belum sampai milyaran). Kali ini tujuan saya menabung malah mengimpikan hadiah undian tersebut dan sampai sekarang belum pernah menang undian dari menabung.

Hingga menjelang krisis moneter tahun 1997, orang tua menyarankan untuk memindahkan tabungan dari bank swasta ke bank pemerintah. Dulu saya menabung di bank swasta kecil seperti Bank Natin dan Bank Servitia dan akhirnya saya pindahkan ke Bank Expor Impor (bank milik pemerintah yang sekarang dilebur menjadi Bank Mandiri).

Terjadilah krisis moneter tahun 1998, banyak bank swasta 'collaps' dan nasabah yang menabung di bank tersebut kehilangan tabungannya.

Berbekal pengalaman tersebut maka tujuan menabung kali ini sudah berubah. Tujuan menabung setelah krisis moneter adalah mengamankan uang simpanan. Strategi kali ini adalah menabung di bank pemerintah dengan taktik mengakumulasi uang saku selama sebulan baru kemudian menyetorkan ke bank. Karena pada saat itu jarak dari rumah ke bank pemerintah lumayan jauh untuk berjalan kaki.

Era Deposito

Krisis moneter ditandai dengan tingginya suku bunga kredit bank sehingga bunga deposito bisa mencapai 50% per tahun. Dari akumulasi tabungan yang saya simpan di bank pemerintah, ternyata sudah bisa untuk mengajukan deposito. Bunga deposito tentu saja lebih tinggi dari bunga tabungan. Namun bedanya deposito dengan tabungan adalah pada deposito ada setoran minimum dan jangka waktu minimum dana yang ditahan oleh bank sedangkan tabungan masih bebas mau setor atau tarik dana kapan dan berapapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun