Mohon tunggu...
Agya Aghniya Mafaza
Agya Aghniya Mafaza Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga NIM: 2410730096

Menulis untuk memahami, mendengar untuk merasakan dan berbagi untuk menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Teh Warga: UMKM Minuman Kekinian dengan Sistem Kemitraan

12 Juni 2025   18:53 Diperbarui: 12 Juni 2025   18:53 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerai Teh Warga (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kini, Alya membantu mengelola salah satu stand Teh Warga yang terletak di pinggir jalan kawasan padat kos-kosan di Yogyakarta. Gerainya berdiri sederhana, tapi bersih dan terang. Menu yang tersedia pun lengkap. Mulai dari teh original, teh tarik, teh susu, mojito, sampai yakult series. Label rasa dan harga tergantung rapi di bagian atas gerai, sehingga pembeli bisa langsung memilih sebelum memesan. Tak perlu bawa uang tunai pun tidak masalah, semua pembayaran bisa lewat QRIS.

Dengan pengelolaan yang simpel tapi rapi seperti ini, Alya berharap gerainya tetap bisa bersaing di tengah banyaknya penjual teh serupa. Ia sadar, pasar di Jogja sangat padat, tapi juga luas. Selama tetap jaga kualitas dan pelayanan, akan selalu ada pelanggan yang datang kembali.

Tapi bukan hanya sistemnya yang membuat Alya tertarik. Di balik keputusannya memilih bisnis teh, ada satu alasan besar yang tidak bisa diabaikan, teh itu diminati banyak orang. Di Jogja, apalagi di kawasan ramai mahasiswa, minuman berbasis teh seperti sudah jadi kebutuhan sehari-hari. Hampir di setiap sudut jalan, ada saja stand atau gerobak teh dengan antrian pembeli. Dari sinilah Alya melihat peluang, karena walau persaingan padat, permintaan juga terus ada.

Lalu, sebenarnya kenapa teh begitu digemari?

Popularitas teh sebagai minuman harian bukan sekadar tren sesaat. Dari dulu hingga sekarang, teh punya tempat tersendiri di hati banyak orang, mulai dari generasi tua yang terbiasa minum teh hangat di pagi hari, hingga anak muda yang memilih teh susu kekinian sebagai teman nongkrong atau nugas. Alasannya sederhana, teh itu fleksibel, mudah diterima, dan selalu relevan.

1. Terjangkau dan bisa dinikmati siapa saja

Harga teh relatif lebih ramah dibandingkan kopi atau minuman berbasis espresso yang kadang mematok harga lebih tinggi. Bahkan dengan tambahan topping, varian rasa, atau kemasan kekinian, segelas teh tetap bisa dibeli dengan uang saku mahasiswa atau pelajar. Inilah kenapa banyak usaha kecil memilih menjual teh: pasarnya luas. Kamu bisa menjual teh tarik creamy dengan topping boba, atau teh asam segar dengan yakult dan irisan lemon, dan tetap punya pembeli yang loyal.

2. Cocok di berbagai suasana

Teh bisa diminum kapan saja, entah itu pagi, siang, sore, bahkan malam. Ia tidak terlalu berat, tidak membuat deg-degan seperti kopi, dan cocok di segala cuaca. Saat panas, teh es segar bisa melepas dahaga. Saat hujan atau dingin, teh hangat bisa jadi teman yang menenangkan. Buat banyak orang, teh bukan cuma minuman, tapi mood booster. Bahkan sebelum aktivitas dimulai, satu gelas teh sudah bisa jadi pengantar yang baik untuk hari yang lebih produktif.

3. Variasi rasa yang terus berkembang

Salah satu kekuatan teh dibanding minuman lain adalah kemampuannya untuk "beradaptasi". Teh bisa dibuat klasik (seperti teh tawar atau teh melati), atau dimodifikasi jadi menu modern: teh susu, teh yakult, mojito tea, matcha, thai tea, dan masih banyak lagi. Brand seperti Teh Warga menangkap ini dengan baik: menawarkan menu yang variatif tapi tetap mudah diakses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun