Mohon tunggu...
Rg Bagus Warsono
Rg Bagus Warsono Mohon Tunggu... Editor - Sastrawan

Rg.(Ronggo) Bagus Warsono lebih dikenal dengan Agus Warsono, SPd.MSi,dikenal sebagai sastrawan dan pelukis Indonesia. Lahir Tegal 29 Agustus 1965.Tinggal di Indramayu.Mengunjungi SDN Sindang II, SMP III Indramayu, SPGN Indramayu, (S1) STIA Jakarta , (S2) STIA Jakata. Tulisannya tersebar di berbagai media regional dan nasional. Redaktur Ayokesekolah.com.Pengalaman penulisan pernah menjadi wartawan Mingguan Pelajar, Gentra Pramuka, Rakyat Post, dan koresponden di beberapa media pendidikan nasional. Mendirikan Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM) Indonesia. Tinggal di Indramayu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi-puisi Hebat di Gembok 2021

21 Desember 2020   20:56 Diperbarui: 21 Desember 2020   21:11 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi-puisi hebat di Gembok dengan tema dan tragedi beraneka. Kita mulai dari A. Zainudin Kr. (Kang Zay) penyair Pekalongan ini meliris masa pandemi dengan kenyataan yang ada. Berikut puisinya berjudul
Obituari Sepagi Ini
//Sepagi ini masih saja berserak
di trotoar, di sudut-sudut gang, dan dilantai pos jaga malam
Warung-warung kopi berbisik
selain pandemi juga soal klepon yang unik
dan klasik
Aih, ada saja hiburan dimasa sulit
dangdutan, campursari dan karnaval koboi
di jalan-jalan raya
Entah siapa kuda
dimana pelana
Merangsek menuju situs-situs purba
mencari ceceran artefak/ ....//
puisi yang memberi makna bahwa masyarakat di masa pendemi ki tak dapat menahan hati dan ancaman maut covid-19.
Pada Agus Mursalin, ia menulis tentang kekagumannya pada Ulama Besar Gus Dur bahkan sesudah Gus Dur meninggal pada 19 Desember 2009. (hari ini, al fatihah) berikut cuplikannya :
....//Mengkudeta Tuhan
Membajak ayat-ayat Nya
Memadamkan neraka dengan menghalalkan darah tetangga, ayah ibu kakak adiknya
Memonopoli surga kemudian memindahkan Nevada, Artemis, Kabukicho dan Patpong ke dalamnya
Gus, entah siapa yang memberitahu hari datang ajalmu
Tiba-tiba dalam perjalanan menuju Jakarta kau minta ziarah ke makam eyangmu tanpa mampir ke rumah
Menurutmu lusa kau akan kembali.
Rabu malam itu kami semua tergagu mendengar kabar kau pulang
Ke Jombang dikawal ketat dalam peti jenazah
Gus, entah bagaimana cara kami menghormatimu
Sebagai Negarawan, Akademisi, Rohaniawan dan entah sebutan apalagi?
Yang pantas kami sandangkan di batu nisanmu
akhirnya hanya bisa kami tulis
"Disini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan"//
Murtirejo 18 Desember 2020
Penyair dan intelektual akademisi  Annis Muchtarom Mojokerto ini kembali merekam perjuangan bangsa ini. Tak hanya sekedar mengingatkan kita tetapi lebih dari itu ia membandingkan dan menegur pada kita semua untuk menengok kebelakang. Puisinya berjudul
Lusuh Berdarah-darah
//............../Melekat tasbih liku-liku sejarah
Jiwa melusuh berdarah-darah
Banyak pribumi hilang. Aroma suhada
Tak tahu di mana kuburnya. Tak ada baliho duka
Deret batu nisan tanpa nama. Tanpa karangan bunga
Yang masih dibudak, badan kurus penuh luka
anak isteri entah di mana. Entah bagaimana
Tak sedikit yang berani menentang
Mati di ujung pedang.Teraniaya
Dibelenggu. Disiksa. Digembok dipenjara.
Saat itu. Larung denyut waktu
langit sedih melihat rumput menjerit
di sudut desa. Perempuan tua dan guru ngaji berdoa
Air mata beku: terhisap penguasa zalim
Penjajah angkara. Penghisap kekayaan bumi nusantara//
Gejolak dan Kata-kata
Penyair menoreh kata dalam berbagai situasi dan kondisi
Ardhi Ridwansyah Ridwansyah misalnya ia menulis puisi berjudul Gejolak Kata-kata sebagai sebuah proses manakala puisi itu lahir dengan segala macam perasaan. berikut puisinya
//Saat meraba dinding.
Ingar-bingar jemawa dan tawa,
Bikin bulu kuduk merinding.
Derap sepatu berkeliling,
Ruang-ruang hening tampak menjeling.
Ia merangkak lalu tulis sebuah cerita,
Hatinya terasa sempit sebab tema,
Membuat otaknya menjerit.
Ia layu sebelum tumbuh menjadi mawar,
Yang memikat sekaligus melukai kulit.
Kata-kata lekas berjatuhan,/.......//
Seperti  Ardhi Ridwansyah, penyair lainnya  Arnita juga menulis tetang bagaimana penyair menulis, begitu bebas . Berikut Puisinya :
Kebebasan Para Penyair
//Ketika senjata menembus ujung jantung
Maka kematian bukanlah berdarah-darah
Kata-kata menjadi simbol pengharapan
Terpekur dalam menikmati sepi
Meski berjuta orang bicara nyaring
Para penyair bebas melawan arah
Menjulang cakrawala dengan mantra mantra
Penyair paling pandai sembunyi dari kesakitan
Maka gelak tawa digelar di bawah ranumnya mata berkaca
Puisi adalah ruhnya/ ..........//
Puisi Mengenang Penyair Lain,
Adalah
Aloeth Pathi II  ia melukiskan puisinya utuk Ragil Swarno Pragola Pati. Puisi sejenis memang banyak ditulis oleh penyair untuk mengenang sdahabatnya. Pada umumnya tetang tokoh sastrawan terkenal atau yang memiliki kedekatan dengan penyairnya.
Aloeth Pathi II
 sengaja menulisnya utuk Ragil Swarno Pragola Pati. Berikut Puisinya :
Yoga Pagi Ini
: Ragil Swarno Pragola Pati
//Memasuki ruang meditasi
Melatih gerak raga mengatur nafas
bertumpu satu titik relaksasi
Hadirkan ketenangan hati
Mengontrol panca indra
Keseimbangan rasa/.........//
Demikian penyair dalam melahirkan puisi ternyata tak serta merta tetapi juga membutuhkan meditasi yang betul-betul kuat untuk dapat membuahkan kata-kata yang menjadi puisi hebat.
Puisi Menarik lainnya di Gembok adalah karya
Budi Riyoko
 berikut puisinya :
Grandong Satir Para Koruptor
Di dusunku ada hantu bernama Grandong, Taring panjang seperti garong. Mata besar dadi Bagong
Sukanya nyolong. Kalau siang tidur di bambu seperti kalong
Sangat pintar Nyamar Makruf Nyambi Mungkar, Ing Ngarso Numpuk Rondo.Ing Madyo Nguntal Konco, Tut Wuri Golek Rai
Hantu Grandong bicaranya bohong, Sesekali suka kong kaling kong, Anak sedusun hilang diroyong, Ibu-ibu nangis melolong
Datang akuwu menolong, Pakai daun lompong, Rumah Grandong diobong
Grandongnya selamat pakai ilmu Ngerong, Mungkin dia turunan Nyi Blorong
Banyuasin 13 September 2020
Pilihan kata yang dipakai
Budi Riyoko
 patur diacungi jempol. Puisi tidaklah serius beritu kata tokoh glayengan Aloysius Slamet Widodo. Untuk menggugah orang agar anti korupsi tidak hanya dengan memberikan puisi kecaman atau hujatan pada koruptor sehingga pembaca tertarik, tetapi melalui sentuhan humoris justru membuat pembaca senang dan pada gilirannya tertarik untuk terlibat dalam fikiran anti korupsi.
Budi Riyoko
 sengaja memenyuguhkan cerita menarik dalam puisi tersebut. Ini sebuah ide tersendiri dalam pembuatan puisi anti korupsi.
Puisi Pendek Ahmad Z Ujung
 ,
//SEGELAS KOPI SEBATANG ROKOK
Ingin kumasukkan kepalaku
Ke dalam segelas kopi
Agar larut tanpa bekas
Ingin kususun hatiku
Di barisan tembakau dalam rokok
Agar terbakar dan menjadi abu//
Meski biasa puisi pendek Ahmad Zaenudin Ujung ini kita angkat sebagaimana kebanyakan penyair melakukannya. Baris awalnya yang tampak bagus itu ditutup begitu saja. Secepat ia menulis, secepat sebatang rokok habis dalam sebaris kalimat dan segelas kopi yang tak terasa tinggal ampas untuk sebait puisi.
Beberapa puisi hebat lainnya dan menarik banyak dijumpai di Gembok ini. Gembok pun menjumpai puisi-puisi Islami yang menarik diantaranya puisi karya Sri Gumilang dan Sami'an Adib II.
Sri Gumilang mencoba untuk mengngkap mutasyabihat (yang membutuhkan bantuan ayat lain untuk menafsirkan atau hadis yang dapat menafsirkannya) dengan prosesnya tercurah dalam puisi yang kemudian menuju ruang mihrab. Berikut puisinya.
Sri Gumilang,
Membaca Kitabmu
Dalam mutasyabihatmu
Telah rahasia cinta di nadi yang sekarat
Lewat huruf-huruf tafsir
Didudukkannya ayatmu pada kursi tafakur
Hingga sampai titik nafas yang tersendak
Terbit bayangmu bertolak barat
Dalam mutasyabihatmu
Menetas anak-anak makna
Merangkak di urat dada
Mengikuti alunan zikir yang bersaktah-saktah
Yang berayun di atas qiraah pasrah
Dalam mutasyabihatmu
Aku bermihrab tanpa ruang
Beristirahat tanpa sandar
Terlelap tanpa sadar
Depok, 8 September 2020 21.48
Sedang Sami'an Adib II menceritakan nafas puisinya pada aksara hijaiyah yang begitu luar biasanya walaupun hanya beberapa hurup. {Prosesnya tampak Saiman Adib dalam panjang perenungan. Puisi-puisi yang jarang dilakukan oleh KH Mustofa Bisri sekalipun. Berikut Puisinya :
//Dari Ujung Pena
Kutulis alif ketika langit
dipenuhi bercak-bercak ajaib
awan kelabu pengantar lindap
seperti galah panjang menjulang
sebagai penjolok menggait bintang
menghimpun hikmah yang tak terbilang
Kurangkai lam ketika semesta jagat
kerap memamerkan berbagai gelagat
bak amuk dendam yang begitu dahsyat
seperti tikungan ke arah lain kafilah
jalan musafir menilasi lintasan risalah
merancang peradaban mutakhir yang ilahiah
Kuselipkan mim ketika laut
menjadi arena pertempuran sengit
demi teritorial dan kuasa mahasyahwat
seperti kemudi kapal di kedalaman
matanya awas, bahkan dalam kegelapan
menguak palung rahasia arah masa depan
Alif lam mim terangkai sempurna
sedari dahulu misterinya belum terbuka
meski berjuta-juta orang telah mencoba
tapi hanya mewariskan manuskrip historia
: silih berganti gemilangnya rekayasa
Di arah manakah gerbang utamanya?
tak seorang pun tahu, sebab semua masih rahasia
yang kulakukan sesabar mungkin terus berusaha
merangkai serakan abjad dengan sebatang pena
sambil berdoa kelak menjadi warisan berharga
Siapakah yang sanggup menghitung berapa
andai alif menjadi monumen catatan kasih-Nya
di setiap desah hembusan napas kehidupan manusia?
siapakah yang mampu mengukur dengan peranti apa
seandainya lam mewujud lintasan kembara
menuju permukiman dengan peradaban paling mulia?
siapakah yang bisa tepat menerka ke arah mana
sekiranya mim menjelma peta hidup manusia
ke arah masa silam atau masa depan penuh cinta?
Alif lam mim
dalam sejumlah tanya aku tak hendak diam
mencatat satu per satu yang tersirat di alam
tentang kejayaan tatanan kehidupan masa silam
juga tentang cara mengasuh visi tetap tajam
membangun hunian terindah mahapualam//
Jember, 2020
(Rg Bagus Warsono, Kurator Sastra di Lumbung Puisi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun