Di tengah derasnya arus digital dan serbuan informasi dalam bahasa Indonesia maupun Inggris, H. Moch. Ali Topan hadir dengan sebuah gagasan segar yang terasa berani: menghadirkan media online berbahasa Madura.
Ide ini muncul pada 2023, tak lama setelah pandemi Covid-19 yang mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat, termasuk dunia media.
Ali, seorang jurnalis yang sudah puluhan tahun malang melintang di berbagai redaksi, merasa ada yang kurang dalam peta informasi di Indonesia.
"Kalau Majalah Panjebar Semangat bisa bertahan sejak puluhan tahun lalu dengan bahasa Jawa, kenapa tidak ada media berbahasa Madura?" begitu tanya Ali yang kemudian menjelma menjadi pijakan lahirnya Tretan.id.
Nama Tretan sendiri dipilih bukan tanpa alasan. Dalam bahasa Madura, tretan berarti persaudaraan. Filosofinya jelas: media ini lahir untuk merangkul, bukan memecah; mengikat, bukan melepaskan.
Ada empat hal mendasar yang membuat Ali bersikeras menghadirkan media ini.
Pertama, dia ingin mengubah citra masyarakat Madura. Selama ini, orang Madura kerap dicap keras, bahkan kasar.
Melalui media berbahasa ibu, Ali berharap bisa menunjukkan sisi lain, bahwa orang Madura juga punya kehangatan, keindahan, dan kekayaan budaya yang lembut.
Kedua, media ini dimaksudkan sebagai ruang untuk mengenalkan dan mengeksplorasi budaya Madura.
Ali percaya, banyak nilai luhur dan tradisi khas Madura yang layak diceritakan ulang kepada publik, dari seni hingga kearifan lokal.