Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pensiun

30 September 2019   14:25 Diperbarui: 30 September 2019   14:37 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menoleh sekeliling ruangan. Kulihat wajah teman-temanku yang teramat ceria. Mereka bersemangat mengikuti ajakan sang konsultan.

Tiba waktu azan zuhur, saat jam istirahat, teman-temanku berkumpul di samping musala. Tak satu pun keriangan tersibak di antara wajah mereka. Raut muka mereka tampak tak bertenaga.

Kudengar suara Mas Narto, temanku duduk sempat tak tenang gara-gara letikan asap rokok kretek yang diisapnya menyambar bajunya. Dia bertanya kepadaku, "Kamu sudah buat surat pamitan?"

"Belum, kenapa?"

"Tiap malam aku mencoba menulis surat itu, tapi tak pernah jadi,"
Mas Narto mengaku dengan muka tanpa ekspresi.

Dia mengambil lipatan kertas dari dompetnya, lalu ditunjukkan padaku. Dari empat baris tulisannya, semua ada coretannya. Hanya sepenggal kalimat masih bisa terbaca: "Sampai kapan aku harus memasung wajah seperti kambing congek?" (agus wahyudi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun