Mohon tunggu...
Agustinus Triana
Agustinus Triana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tinggal di Lampung

Menulis agar ada jejak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Minto Buras dan Secuil Kisah Rekonsiliasi

7 Agustus 2019   00:31 Diperbarui: 7 Agustus 2019   00:58 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Indonesia.go.id

Sebenarnya Minto Buras tidak suka menonton sinetron azab, tetapi sulit baginya bisa menonton acara lain, apalagi acara berita. Bakal bersitegang dengan istri dan kedua anaknya. Minto Buras rela mengalah demi kesenangan keluarganya.

Bagi Minto Buras, mengkonsumsi acara berita sama susahnya dengan nasibnya sebagai buruh serabutan. Pagi sampai sore, ia harus bekerja fisik, malam hari acara televisi sudah dikapling anak-anak dengan sinetron azab yang judulnya panjang-panjang dan ceritanya tidak masuk akal.

Malam hari sering diisi Minto Buras berbincang kosong dengan para tetangganya. Minto Buras suka menyambangi rumah Pakde Gino seorang ASN. Pakde Gino biasa memakai jasanya juga sebagai buruh di sawah. Selain sekedar mencari kopi gratisan, rupanya Minto Buras merasa perlu menjaga hubungan baik dengan Pakde Gino.

Pakde Gino dan tetangga yang lain sering mengobrol soal politik. Untuk obrolan yang satu ini Minto Buras hati-hati bicara. Meski sering penasaran dengan kebenaran omongan Pakde Gino dan tetangga yang lain, Minto Buras selalu hemat bicara.

Banyak cerita mengerikan yang Minto Buras dengar seputar politik sekarang. Dengar-dengar mau ada PKI lagi, ada teroris yang mau mengganti Pancasila, ada pembunuh bayaran yang mau menembaki pejabat negara. Samar-samar ia juga mendengar kalau mata pelajaran agama di sekolah mau dihapuskan, dan banyak berita lagi soal penangkapan orang karena salah ucap dan salah tulis.  Orang-orang jadi gampang menyalahkan, gampang saling menuduh. Berita  bencana gempa dikait-kaitkan dengan simbol dajal. Bahkan ada berita soal banjir yang disebabkan karena bupatinya tidak seagama dengan rakyatnya. Meski benar atau tidaknya semua berita itu masih Minto Buras ragukan, ia jadi was-was juga.

Sebenarnya Minto Buras punya harapan dengan pilpres kemarin. Seorang Minto Buras harapannya tidak jauh-jauh dari perubahan nasib. Sederhana saja harapannya, ada peluang pekerjaan yang lebih pasti, yang dapat menambah penghasilan ketimbang hanya buruh serabutan seperti selama ini.

Ia mencoblos calon presiden yang dianggapnya bisa membawa perubahan nasib. Pilihan ini ia tutup rapat-rapat, takut ketahuan Pakde Gino majikannya yang punya pilihan berbeda dengan dirinya.

Pasca pilpres, satu kata lagi yang membuat Minto Buras penasaran, kata rekonsiliasi. Kata ini renyah muncul dari Pakde Gino. Meskipun demikian, Minto Buras merasa tidak cukup mendapat penjelasan dari Pakde Gino dan para tetangga lainnya soal kata yang satu ini.

"Rekonsiliasi itu bisa terjadi kalau calon yang menang mau bekerja sama dengan kubu calon yang kalah. Ini kalau negara mau aman. Rekonsiliasi dibutuhkan untuk menjaga negara, jadi tidak perlu lagi ada yang menang ada yang kalah, semua bisa dikompromikan demi rakyat banyak." Demikian penjelasan Pakde Gino soal rekonsiliasi.

"Iya betul," timpal tetangga lainnya.

Minto Buras cuma manggut sembari cengar-cengir. Pura-pura setuju supaya Pakde Gino tidak kecewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun