Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harmoninya Kemeriahan Imlek 2571 di Kampung Jalan Laut Sungailiat

28 Januari 2020   03:21 Diperbarui: 29 Januari 2020   02:13 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semoga selalu bernasib baik
Semoga selalu bernasib baik
Tempat berfoto dan Klenteng Amal Bakti
Tempat berfoto dan Klenteng Amal Bakti
Rasakan nuansa Imleknya
Rasakan nuansa Imleknya
Mari bergaya sejak dini
Mari bergaya sejak dini
Di sebelah kanan, bidang vertikal berpapan aneka shio beserta ramalannya di Tahun Tikus Logam, tempat berfoto-foto, dan klenteng didominasi merah. Di atasnya, lampion dan payung yang tergantung pun merah. Nuansa kemeriahan sangat terwakili dengan perpaduan merah-putih.

Nuansa atraktif sejak di gerbang dan putih yang menguatkannya
Nuansa atraktif sejak di gerbang dan putih yang menguatkannya
Merah yang menaungi ketika masuk
Merah yang menaungi ketika masuk
Kelntang Amal Bakti dengan merah yang diperkuat putih
Kelntang Amal Bakti dengan merah yang diperkuat putih
Merahnya malam dan putihnya pangkuan
Merahnya malam dan putihnya pangkuan
Pasir putih sebelah kiri
Pasir putih sebelah kiri
Pasir putih sebelah kanan
Pasir putih sebelah kanan
Luasnya hamparan pasir dan malam yang aman
Luasnya hamparan pasir dan malam yang aman
Nikmati suasana meski telah malam
Nikmati suasana meski telah malam
Hamparan pasir putih yang menguatkan merahnya Imlek pun memberi semacam jaminan rasa aman (safety) kepada orangtua dan anak-anak. Anak-anak bisa berlarian tanpa dibarengi oleh kekhawatiran orangtua, terlebih ketika malam hari.

Ruang berjualan juga disediakan oleh panitia kepada pedagang, khususnya makanan dan minuman ringan, baik yang berskala lokal maupun nasional. Harga sewanya sangat terjangkau, yaitu Rp50.000,00 per satu tenda biru.

Tenda biru untuk penjual makanan-minuman ringan
Tenda biru untuk penjual makanan-minuman ringan
Menikmati suasana puncak festival tanpa lapar atau haus
Menikmati suasana puncak festival tanpa lapar atau haus
Ada lagi dekat papan sejarah Jalan Laut diperuntukkan bagi sebuah agen motor dengan promo suatu merek. Bahkan, di luar area alias di pinggir jalan pun ada kesempatan untuk berjualan.

Mau begadang juga siap kopinya
Mau begadang juga siap kopinya
Dekat gerbang ada penjual mainan anak-anak
Dekat gerbang ada penjual mainan anak-anak
Pinggir jalan juga boleh dipakai berjualan
Pinggir jalan juga boleh dipakai berjualan
Suasana dan Pengunjung
Dari deretan lampion sepanjang jalan, suasana sangat semarak sejak mendekati jalan masuk ke sekitar klenteng. Tata ruang, tata benda di setiap sisi, dan tata lampu dibikin sedemikian rupa sehingga memudahkan siapa pun untuk mengenali lokasi acara.

Sejak resmi dibuka pada 12 Januari, para pengunjung bisa leluasa memasuki dan menikmati suasana di lokasi itu. Mau datang dan berfoto-foto pada pagi, siang, sore ataupun malam, lokasi selalu terbuka. Menjelang malam, lampion pun sudah dinyalakan.

Di bawah payung merah kita berfoto-foto
Di bawah payung merah kita berfoto-foto
Merah memainkan malam
Merah memainkan malam
Berfoto selagi meriahnya merah
Berfoto selagi meriahnya merah
Di ruang khusus berfoto, apalagi.
Di ruang khusus berfoto, apalagi.
Aduhainya merah
Aduhainya merah
Hitam bisa menyala
Hitam bisa menyala
Beberapa malam sebelum puncak acara, sebagian pengisi acara melakukan latihan. Pengunjung pun bisa menyaksikan sekelompok penari sedang berlatih. Mereka penari dari Jalan Laut dari kelompok mei-mei, amoi-amoi, dan ame-ame.

Anak-anak berlatih tari
Anak-anak berlatih tari
Remaja berlatih tari
Remaja berlatih tari
Emak-emak masih bersemangat
Emak-emak masih bersemangat
Selain itu, ada pula pengunjung, khususnya Kong Hucu, yang menyempatkan diri untuk berdoa di Klenteng "Amal Bakti". Hal ini menambah nuansa tersendiri di antara kemeriahan umum dan kekhusyukan pribadi.

Klenteng terbuka untuk sembahyang
Klenteng terbuka untuk sembahyang
Khusyuk dalam keramaian
Khusyuk dalam keramaian
Pohon permintaan di kanan-kiri klenteng
Pohon permintaan di kanan-kiri klenteng
Tidak heran, menjelang malam puncak festival, lokasi tersebut dikunjungi oleh banyak orang, baik warga setempat maupun dari luar kampung, termasuk beberapa duta pariwisata Babel. Penjaja makanan-minuman ringan, mainan, dan lain-lain pun turut meramaikan suasana.

Tidak ada ekslusivitas. Tidak ada strata sosial. Balita sampai kakek-nenek. Semua membaur dalam kemeriahan menuju acara puncak sebagaimana panji persatuan masyarakat Bangka, "Thong Ngin, Fan Ngin, Jit Jong." (Orang Tionghoa, Orang Melayu/Non-Tionghoa, Satu Adanya)

Mari kawal kemeriahan yang harmoni ini
Mari kawal kemeriahan yang harmoni ini
Lancar acaranya, itulah harapan bersama
Lancar acaranya, itulah harapan bersama
Partisipasi pun dilakukan oleh pihak keamanan, baik dari kepolisian maupun Satpol PP Kab. Bangka. Keberadaan pihak keamanan ini sangat penting untuk menjamin rasa aman (sekuritas) kepada siapa pun agar suasana selalu kondusif dan festival berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan dan diharapkan oleh banyak pihak.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun