Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Mengintip Manuver Yusril Merapat ke Jokowi

7 November 2018   20:30 Diperbarui: 9 November 2018   11:40 1757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, bukan hanya untuk 2019. Masih ada 2024, 2029, dan seterusnya. Untuk apa mendirikan partai jika suatu waktu ditelan bumi, 'kan?

Tidak Ada Makan Siang yang Gratis

"Duel ulang" antara Jokowi-Prabowo dalam Pilpres 2019 setelah 2014 sudah terbaca oleh pakar Tata Negara ini. Ketika itu muncul isu adanya "poros ketiga".

"Mungkin saja terbentuk namanya politik. Kemarin kita bilang agak sulit tapi sekarang bisa terjadi tapi bisa juga hanya ada dua paslon. Kalau sudah mengerucut pasangan itu Pak Prabowo dan Jokowi nampaknya agak sulit muncul poros ketiga," kata YIM di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (9/4/2018).

Terbukti, 'kan, apalagi YIM "terpaksa" tidak melaksanakan mandat partainya sendiri untuk maju pada Pilpres 2019, baik sebagai capres maupun wapres,  dalam Mukernas PBB, Minggu, 6/5/2018?

"Perkiraan saya kalau head to head sekarang Pak Prabowo dengan Pak Jokowi kemungkinan Pak Jokowi akan memenangkan pertarungan ini," ujarnya pada 9/4.

Catat, kemungkinan Pak Jokowi akan memenangkan pertarungan ini. Lalu, terkait dengan sikap-sikap berseberangannya dengan Jokowi dalam hal HTI, dan lain-lain seperti yang tertera awal tulisan ini.

Nah, kini (5/11), ada apa, ya, kok YIM mau merapat?

 "Ada apa" juga bukanlah hal yang luar biasa dalam dinamika politik praktis jika tokoh yang berseberangan kemudian bisa berdekatan bahkan merapat. Tentu saja "ada kepentingan". Bukankah ada ungkapan politis, bahwa "Tidak ada kawan atau lawan abadi", dan "Tidak ada makan siang yang gratis"?

Merapatnya YIM, patut diduga, terkait dengan beberapa hal. Di antaranya, adalah, pertama, keterlibatan dalam dalam pemerintahan jika Jokowi menang sekaligus ia gagal masuk Senayan. Paling tidak, ada kader PBB yang bisa berkontribusi sebagai menteri di kabinet Jokowi nanti.

Sebagai mantan menteri sekaligus pendiri partai, tentunya, tidak akan membiarkan kader-kadernya hanya menjadi penonton dalam tatanan negara-bangsa. Ada semacam tanggung jawab moral yang bisa disepakati oleh sebagian masyarakat umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun