Lho!? Kok dari akun resmi Kemdiktisaintek? Berarti valid, dong. Walaupun anak saya mengatakan "kata temanku", yang berarti dia tidak lihat sendiri persiapannya, saya tetap waspada. Harapan bahwa itu cuma hoaks tentu saja masih ada.
Sudah pasti sebagai mahasiswa penerima beasiswa, anak saya cemas. Saya sebagai ibunya tak kalah cemas. Harus bagaimana jika beasiswa anak dihentikan? Sementara dahulu, keputusan untuk langsung lanjut kuliah kami ambil sebab ada kesempatan SNBP dan mendapatkan beasiswa kuliah.
Walaupun hingga sekarang saya tetap meyakini bahwa pemerintah tak bakalan segegabah itu untuk mencabut beasiswa, kecemasan tak sepenuhnya sirna dari hati. Apa boleh buat? Hati ini sungguh waswas tiada tara. Saya terlalu kaget. Sama sekali tidak menduga kalau bakalan ikut terimbas kebijakan efisiensi anggaran.
Sesungguhnyalah saya merasa terkena double kill. Apa boleh buat? Mau diakui atau tidak, itulah yang sesungguhnya saya rasakan.
Oktober 2024, bersamaan dengan berakhirnya masa tugas Pak Jokowi sebagai Presiden ke-7 RI, saya sudah cemas. Sekaligus mulai memikirkan how to make money jika kelak tak ada lagi panggilan untuk gabung ke dalam tim penyusunan buku pelajaran sekolah.
Meskipun tidak selalu memperoleh panggilan untuk kerjaan editing buku pelajaran, minimal masih ada harapan/kesempatan bagi saya untuk terpanggil pada suatu saat. Namun kalau struktur kementeriannya saja sudah diubah, ya sudahlah.
Jika semula saya masih tenang sebab urusan dana kuliah anak plus biaya hidup bulanannya tetap aman dengan beasiswa, sekarang saya menjadi galau. Puyeng juga saya memikirkan segala kemungkinan terburuk. Sekaligus puyeng cari solusi terbaik demi mengantisipasi dampak efisiensi anggaran yang dicanangkan oleh sang presiden.
Salam.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI