Lima orang yang tersisa di luar pagar pun serentak menyusul. Tentu saja yang perempuan berhasil paling akhir. Ribet jaga keseimbangan dan jaga rok agar tak tersingkap. Memang lumayan berisiko.
Selanjutnya mereka berlarian menuju deretan pintu kaca. Masing-masing mengambil toga dari tas kresek hitam yang mereka bawa. Lalu, dandan!
Cermin daruratnya pintu-pintu kaca. Plus saling mengoreksi penampilan masing-masing sebab cerminnya kurang jelas. Sat-set-sat-set. Setelahnya segera berlarian kencang ke halaman barat GSP.
Dasar apes, salah seorang malah terjatuh gara-gara kesrimpet tali sepatu yang lepas. Spontan yang terdekat dengannya menolong.
"Sudahlah jalan saja. Sudah telat juga. Pasrah sajalah kalau dihukum," usul yang jatuh seraya membenahi tali sepatunya.
"Nasib. Mau wisuda aja kok ya kena hukuman."
"Dihukum sih, tidak. Bakalan bingung saja kalau yang lain sudah masuk gedung. Kita terpaksa celingukan."
"Heh! Kalian kenapa pakai sepatu bertali?"
"Memangnya enggak boleh?"
"Boleh, sih. Tapi 'kan wisuda. Pakai sepatu yang serius lah. Kayak gini." Spontan lima orang yang lain memperhatikan sepatunya.
"Hmm. Baru, ya?"