raut muka yang ku anggap murka ternyata itu salah praduga
tampilan yang bengis dengan janggut pemanis itu pun hanya ku istilahkan sebagai pagar betisÂ
seketika dua muka bertegur sapa, teriakan bergema terlontar tak berjeda
sesaat untuk hilang saja, bertubi-tubi reruntuhan kata tanpa pilah
sudut ruang untuk memojokkan, itu salah satu pilihan yang kau tanamkan
memotong pembicaraan di tengah keseriusan yang tak kau hiraukan, justru menyelamatkan kebodohan
kerasnya kau ajari ku, tak berarti suatu kebencian yang ingin membunuh
buasnya celotehanmu, bukan untuk di maknai caci maki tanpa esensi
semua tahu!
marahmu, itu anugerahiku
curup
24.02.2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!