Mohon tunggu...
Agus Pribadi
Agus Pribadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mencoba menghayati kehidupan dan menuliskannya dalam cerita-cerita sederhana. Kunjungi juga tulisan saya di http://aguspribadi1978.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resep Awet Kreatif Menulis Fiksi

31 Desember 2012   07:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:45 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi penulis Fiksi (cerpen) membutuhkan kreatifitas yang awet. Dalam arti, bisa cukup produktif dengan karya yang cukup berkualitas.

Salah satu resepnya adalah merasa selalu menjadi “penulis pemula”. Resep ini boleh dipakai bagi yang cocok, namun boleh juga tidak dipakai bagi yang tidak cocok.

Merasa selalu menjadi pemula bukan hanya menjadi pemanis dibibir, berbasa basi, atau merendah di hadapan orang lain. Perasaan itu dimaksudkan untuk bisa menjadi pembelajar sepanjang hayat. Di atas langit masih ada langit. Jika seseorang telah merasa menjadi penulis (senior), maka bisa terkena godaan malas belajar lagi. Malas mencari bentuk tulisan baru lagi.

Padahal dunia menulis adalah dunia yang selalu baru. Pembaca ingin membaca hal-hal yang baru, baik segi teknik bercerita, kemasan cerita, dan sebagainya.

Dengan merasa menjadi pemula, bukan berarti menulis semaunya. Kualitas tetap harus selalu ditingkatkan. Merasa pemula, menjadikan tak segan untuk bertanya, pada siapapun yang bisa ditanya mengenai ilmu dan pengalaman menulis. Tak terasa ilmu dan pengalaman menulis akan semakin banyak.

Dengan menjadi pemula, semangat belajar menulis akan terus menyala. Menghasilkan berbagai karya sebaik-baiknya. Bukan tidak mungkin suatu saat menghasilkan karya fenomenal, misalkan novelnya best seller, atau cerpennya menjadi pilihan terbaik Kompas, mendapat hadiah nobel, dan sebagainya. Lantas jika telah mendapat semua itu, apakah perlu menghapus kata “pemula”. Saya rasa tidak perlu.Tidak ada aturan penulis pemula tidak boleh meraih semua itu.

Penulis pemula, baik yang benar-benar pemula, maupun yang selalu merasa menjadi pemula, boleh dan sangat sah untuk menghasilkan karya yang sebaik-baiknya. Bahkan bukunya lebih laris dari mereka yang merasa senior pun tak ada masalah. Pembaca tidak sekedar butuh nama penulis, namun juga butuh tulisan yang berkualitas.

Lantas? Yuk menulis lagi!

Salam Kompasiana!

Banyumas, di ujung tahun 2012

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun