Saya bisa memahami kenapa sambal mentah tidak boleh hadir di menu MBG. Tapi apakah tidak ada jalan tengah? Saya kira ada. Misalnya:
- Sambal matang (ditumis, lebih aman, pedasnya bisa dikurangi).
- Sambal kecap (cenderung manis-gurih, bisa menambah selera).
- Acar timun-wortel (asam-manis segar, jadi pengganti sensasi sambal).
- Sayur asem dalam porsi kecil (tetap menghadirkan cita rasa khas Sunda, tanpa risiko terlalu pedas).
Dengan begitu, MBG tetap bisa menjaga kearifan lokal tanpa harus menyalahi aturan tanpa sambal.
Makanan dan Ingatan Kolektif
Makanan bukan sekadar ganjal perut, tetapi juga membentuk ingatan kolektif. Anak-anak yang tumbuh dengan menu MBG seharusnya tidak hanya kenyang, melainkan juga belajar tentang siapa mereka dan dari mana mereka berasal.
Bayangkan suatu hari ketika mereka dewasa, mereka berkata: "Saya dulu makan nasi liwet di sekolah." Itu akan menjadi cerita indah, sebagaimana saya masih menyimpan kenangan nasi liwet masa kecil di rumah.
Namun, jika yang mereka ingat hanyalah nasi putih dengan ayam kremes dan tempe, tanpa ruh lalapan-sambal, maka memori itu terasa hambar.
Menjaga Warisan Kuliner Nusantara