Mohon tunggu...
Agus BudiPrasetya
Agus BudiPrasetya Mohon Tunggu... Lainnya - Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)

Membangun sebuah bangsa adalah membangun sebuah peradapan dan, membangun generasi yang bijak dan jujur. Bersama pancasila memajukan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Model Pembelajaran Stratta

7 Januari 2023   16:06 Diperbarui: 7 Januari 2023   16:15 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi efisien, ialah memperkaya pengalaman siswa serta menjadikannya (lebih) paham terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan kesimpulannya merupakan menanam, meningkatkan, serta meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan serta rasa hormatnya terhadap tata nilain baik dalam konteks individual, ataupun sosial.

Bila disimak ketiga pendapat di atas, bisa diungkapkan kalau pembelajaran sastra sangatlah dibutuhkan. Perihal itu bukan saja terdapat ikatan dengan konsep ataupun penafsiran sastra, namun pula terdapat kaitan dengan tujuan akhir dari pendidikan sastra. Berusia ini bersama dialami, kepekaan manusia terhadap peristiwa-peristiwa di dekat terus menjadi tipis, kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi terus menjadi menurun. Apakah terdapat celah alternatif lewat pembelajaran sastra buat menyembuhkan kekurangpekaan itu?

Penjelasan terhadap karya sastra yang dibaca, didengar, ataupun ditonton hendak membawakan partisipan didik ke tingkatan penghayatan. Penanda yang bisa dilihat sehabis menghayati karya sastra merupakan jika bacaan, dengaran, ataupun tontonan sedih dia hendak turut pilu, bila gembira dia turut gembira, begitu seterusnya. Perihal itu terjalin seolah-olah dia memandang, mendengar, serta merasakan dari yang dibacanya. Dia betul-betul ikut serta dengan karya sastra yang digeluti ataupun diakrabinya.

Sehabis menghayati karya sastra, partisipan didik hendak masuk ke daerah penikmatan. Pada fase ini dia sudah sanggup merasakan secara mendalam bermacam keelokan yang didapatkannya di dalam karya sastra. Perasaan itu hendak membantunya menciptakan nilai-nilai tentang manusia serta kemanusiaan, tentang hidup serta kehidupan yang diungkapkan di dalam karya itu. Keahlian hadapi pengalaman pengarang yang tertuang di dalam karyanya bisa memunculkan rasa nikmat pada pembaca. 

Berikutnya dikatakan, Kenikmatan itu mencuat sebab: (1) merasa berhasil dalam menerima pengalaman orang lain; (2) meningkat pengalaman sehingga bisa mengalami kehidupan lebih baik; serta (3) menikmati suatu demi suatu itu sendiri, ialah kenikatan estetis.

Fase terakhir dalam pendidikan sastra adalan pelaksanaan. Pelaksanaan ialah ujung dari penikmatan. Oleh sebab partisipan didik merasakan kenikmatan pengalaman pengarang lewat karyanya, dia berupaya mempraktikkan nilia-nilai yang dia biologi dalam kehidupan tiap hari. Pelaksanaan itu hendak memunculkan pergantian sikap. Dengan sastra mencerdaskan siswa: Memperkaya Pengalaman serta Pengetahuan. Perihal tersebut nyatanya sangat relevan dengan tujuan pendidikan bahasa Indonesia yang tertuang pada Permendiknas No 22/ 2006.

Berikut model pembelajaran sastra yang dikembangkan untuk meningkatkan kemahiran menulis puisi merupakan model pembelajaran sastra yang diadopsi dari model Stratta. Berikut ini pembelajaran bersastra secara ilustratif dalam kemahiran menulis puisi.

Model Stratta

Model ini diciptakan oleh Leslie Stratta. Ada 3 tahapan di dalam pembelajaran bersastra dengan model Stratta, ialah:

  • sesi penjelajahan (misalnya, mengajukan persoalan atas karya yang hendak diapresiasi setelah itu menjawabnya bersumber pada ditaksir individu);
  • sesi interpretasi (menyamakan kesamaan serta perbandingan antara yang terdapat dalam karya dengan jawaban sendiri); serta
  • sesi tamasya (penciptaan kembali) dengan melisankan puisi, prosa, ataupun drama yang sudah diapresiasi serta yang lain mengevaluasi.

Contoh Model Stratta sejalan dengan pendekatan pendidikan kontekstual yang dirancang supaya siswa sanggup membangun uraian sendiri secara aktif, kreatif, serta produktif, stimulasi wajib bisa membangun kembali pengalaman ataupun pengetahuan yang sudah dipunyai siswa.

  • dikala hendak membangun kompetensi menulis puisi, misalnya, guru bisa memohon siswa mengenali peristiwa yang sempat diindranya (dilihat, didengar, dialami, dicium, diraba), catatan pribadinya, ataupun cerita yang sempat dibacanya; serta
  • melaksanakan investigasi, eksplorasi, ataupun discovery buat mendapatkan bermacam-macam metode pandang atas pengalaman awal mulanya, misalnya observasi ke pasar, panti jompo ataupun panti asuhan; wawancara dengan tokoh yang relevan; dsb

Dalam pengajaran puisi guru hendaknya memilah bahan bersumber pada tingkatan keahlian siswa-siswinya, serta hendaknya senantiasa ingat kalau tidak terdapat unsur-unsur magis yang menempel pada nama-nama penyair populer ataupun memiliki reputasi yang mantap. Dalam mengajak para siswa buat menguasai serta menikmati puisi hendaknya guru tidak sangat tergesa-gesa membebani para siswa dengan istilah-istilah semacam style bahasa metafora, hiperbola, personifikasi, serta sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun