Ini adalah pertanda bahwa nilai-nilai kebudayaan dan karakter bangsa yang berhasil tertanam dengan baik dalam jiwa masyarakatnya akan membuah hasil yang menjanjikan.
Karenanya, pendidikan yang berperan besar dalam rangka menanamkan kesadaran nilai tersebut ikut menempati posisi penting pula. Dalam tataran nilai, pendidikan berbasis karakter bangsa ini mempunyai peran vital sebagai pendorong individu dan warga masyarakat untuk meraih progresivitas pada semua lini kehidupan.
Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, jiwa-jiwa yang progresif, produktif, dan inovatif akan tumbuh secara bertahap dan pasti.
Di sinilah nilai penting lain dari pendidikan itu sendiri. Disamping itu, pendidikan juga dapat menjadi determinan penting bagi proses transformasi personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah idealisme pendidikan yang mensyaratkan adanya pemberdayaan.
Tergerusnya Nilai Pendidikan Karakter
Diatas sudah dipaparkan betapa pentingnya penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dan pendidkan berbasis karakter khas Bangsa Indonesia.
Namun, harus diakui setelah era reformasi hingga sekarang dengan derasnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dengan masuknya pengaruh budaya asing, mampu mengubah paradigma bangsa kita dalam penerapan nilai-nilai karakter bangsa.
Terbaru, kita menghadapi dan melihat sendiri bagaimana tergerusnya nilai, moral, dan etika, serta norma-norma yang ditanamkan semenjak era orde baru, kini sudah berubah total.
Rasa hormat menghormati, tenggang rasa, toleransi, dan sikap yang muda menghargai yang tua, sudah mulai tergerus. Entah kenapa, begitu gampangnya kita lihat di media sosial, bahkan terbaru, seorang pedagang es teh keliling harus mendapatkan 'bulying' dari seorang pembesar di negeri ini.
Pembesar itu katanya menjabat utusan khusus presiden, sungguh luar biasa bukan? Didepan pendukungnya, hal seperti itu -- mengolok-olok -- penjual es teh keliling tidaklah pantas dilontarkan oleh seorang termasuk golongan yang dihormati, memiliki ilmu agama yang tinggi, namun masih melakukan hal yang membuat hati orang terluka.
Ada yang tergerus dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Status sosial menjadikan kita lupa akan keberadaan orang lain bahwasanya kita ini adalah sama-sama ciptaan Yang Maha Pencipta, hanya karena kesempatan dan statuslah yang membuat kita berbeda.