Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bjorka dan Pentingnya Pelajaran Informatika

18 September 2022   12:21 Diperbarui: 19 September 2022   00:03 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengertian brainware atau progamer (freepik.com/ ArthurHidden) 

Bjorka, siapapun dan apa motifnya telah memberikan pelajaran penting bagi petinggi negeri ini untuk sigap dan tanggap dalam mengatasi permasalahan dunia siber saat ini. 

Kelengahan dan kurang optimalnya sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia hingga kemampuan teknologi yang masih rendah, dan ditambah tata kelola dunia siber yang masih lemah menjadi indikator mengapa maraknya peretasan serta kebocoran data pada seluruh instansi pemerintah.

Jauh-jauh hari, BSSN atau Badan Siber dan Sandi Negara disebutkan telah menyampaikan dan mewanti-wanti tentang maraknya kebocoran data, namun tidak pernah ada tindak lanjut dari tiap instansi yang telah di-warning oleh BSSN tersebut, pun terhadap perusahaan-perusahaan besar swasta lainnya, hingga kini aksi peretasan dan kebocoran data masih kerap terjadi, seperti yang dilakukan oleh akun hacker dengan pseudonim Bjorka.

Di dunia menurut laporan Global Data Breach Stats (Surfshark) triwulan III-2022, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara yang paling banyak mengalami peretasan data, setelah Rusia dan Perancis. Laporan itu menyebutkan, selama Juli-September 2022 terjadi 12,7 juta aksi peretasan data di Indonesia. Di Rusia terjadi 14,7 juta aksi peretasan data dan di Perancis terjadi 12,9 juta aksi peretasan.

Walau Mahfud MD selaku Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) menyebutkan bahwa data-data yang berhasil diretas dan dicuri oleh akun Bjorka ini masih bersifat umum dan bukan rahasia negara, dan sampai sekarang tidak terungkap ke publik apa isi surat-surat rahasia tersebut dan 'hanya' berhasil membobol data Sim Card kepunyaan operator telekomunikasi dan data KPU, namun aksi Bjorka ini telah berhasil membuat publik keruh dan pemerintah bereaksi keras dengan membentuk tim "emergency response" gabungan BSSN, Kominfo, Polri dan BIN.

Walau Mahfud MD juga meyakinkan publik bahwa kelakuan dan kejahatan yang diperbuat oleh akun Bjorka ini taklah separah dengan apa yang pernah dilakukan oleh WikiLeaks di eranya SBY di tahun 2014 yang melaporkan bahwa pemerintah Australia memata-matai SBY beserta mendiang isterinya, ibu Ani Yudhoyono, serta orang-orang di lingkarannya, di mana dalam laporan dokumen yang dibocorkan oleh WikiLeaks itu dipasok oleh Edward Snowden yang merupakan mantan analisis National Security Agency (NSA) Amerika Serikat, sementara data yang dibocorkan akun Bjorka ini masih bersifat umum dan bukan rahasia, kecuali mungkin peretasan data pelanggan Indihome, data registrasi SIM Card, data KPU RI, selebihnya data pejabat public masih data umum saja.

Pentingnya Pelajaran Informatika

Apa sebenarnya pelajaran yang perlu dipetik dari kasus peretasan oleh hacker Bjorka yang sampai sekarang belum terungkap siapa sosoknya dan dari mana dia melakukan aksi-aksinya? Padahal Mahfud MD mengatakan bahwa BIN alias Badan Intelijen Negara dan Polri telah menemukan identitas dan lokasi pemilik akun Bjorka, namun yang terjadi malah salah tangkap?

Banyak pelajaran penting yang kita petik dari kasus Bjorka ini, terutama dengan ditangkapnya seorang pemuda penjual es di Madiun berinisial MAH. Entah murni memang karena desakan ekonomi, atau memang ingin terkenal dan kaya?

Bjorka dan Pentingnya Belajar Informatika, Bekal Menghadapi Dunia Siber. sumber gambar:www.ayojakarta.com
Bjorka dan Pentingnya Belajar Informatika, Bekal Menghadapi Dunia Siber. sumber gambar:www.ayojakarta.com

Konon pemuda ini membantu Bjorka dengan menyediakan chanel Bjorkanism di platform Telegram dan menyebarkan informasi yang berasal dari forum breached.to dan sebanyak tiga kali, MAH telah memposting pesan di Telegram yang diduga berasal dari sosok Bjorka asli.

Juga dengan pengakuan dari Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bahwa pembangunan keamanan siber tak bisa lepas dari tiga hal pokok, di antaranya: pembangunan sumber daya manusia Indonesia (SDM) yang belum mumpuni di bidang TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), prosedur yang menyangkut peraturan tata kelola, dan pemanfaatan atau penggunaan perangkat teknologi di Indonesia yang masih lemah menjadi Pekerjaan Rumah yang harus diselesaikan bersama.

Sebenarnya di era kekinian ini, dunia pendidikan kita juga seharusnya berubah untuk menjawab tantangan di era revolusi industri gelombang empat ini, di mana era baru ini menekankan pola digital ekonomi, artificial intelligence, internet of things (IoT), Robotic, virtual reality, hingga pentingnya belajar cyber security alias keamanan digital sejak dini.

Untuk memperkuat pemahaman akan internet, jaringan internet dan segala kebaikan dan keburukannya serta mempersiapkan generasi muda sejak ini untuk siap dan terbuka pemikiran dan pemahaman mereka akan dunia digital yang semakin canggih, maka sangat dibutuhkan mata pelajaran informatika pemerintah harusnya memperkuat mata pelajaran ini dalam kurikulum pembelajaran di sekolah ataupun Kurikulum Merdeka yang saat ini digadang-gadang adalah kurikulum terbaik yang diterapkan di Indonesia.

Namun, faktanya dalam Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas) yang baru, kembali informatika atau apalah namanya selain TIK, tidak ada dalam rancangan undang-undang tersebut. Setelah penulis telaah, secara spesifik tidak ada mata pelajaran informatika atau TIK, namun yang ada dalam Pasal 80 ayat 1 tentang Kerangka Dasar Kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mencakup muatan wajib dengan nama Keterampilan atau Kecakapan Hidup.

Apakah nantinya Keterampilan atau Kecakapan Hidup itu mempelajari ilmu tentang informatika? 

Eits belum tentu, karena dulu dalam kurikulum 2013, pemerintah dengan teganya menghapus mapel TIK dan menggantinya dengan mapel Kewirausahaan, sementara di RUU Sisdiknas ini tidak ada diterangkan lebih spesifik lagi, muatan wajib yang dimaksud itu apakah informatika atau kewirausahaan? Dan kedua mata pelajaran itu tak akan bisa disatukan atau digabungkan.

Finlandia Ajarkan Kurikulum Programming Semenjak SD

Inilah yang membedakan kualitas pendidikan di Finlandia dengan Indonesia, di mana pemerintahnya atau pemangku kepentingan dan stakeholder pendidikan bersatu padu, membuat keputusan kebijakan pendidikannya berdasarkan hasil penelitian para ahli efektivitas semata, bukan berdasarkan beban politik, tapi lebih untuk mempersiapkan generasi mudanya dalam menghadapi kemajuan era teknologi.

Tak heran apabila di Finlandia, anak-anak SD sudah dikenalkan pelajaran dasar-dasar pemrograman, pengenalan coding, pengenalan pembuatan games, hingga seiring perkembangan usia mereka, juga diikuti dengan perkembangan kemampuan teknologi yang kuat dan pola pikir mereka juga berkembang dengan algoritma-algoritma pemrograman yang kuat ataupun sesuai dengan minat dan bakat mereka akan pelajaran teknologi lainnya.

Bedakan dengan sekolah di Indonesia, fungsi dari Microsoft Word-pun mereka tidak tau, apalagi menggunakannya? Kala pelajar SD di Finlandia sudah mulai membuat coding? Maka di tanah air ini, pelajar SMA-nya baru belajar Dasar-Dasar Pemrograman Pascal, sudah jauh beda bukan?

Padahal untuk masuk ke dunia cyber security atau keamanan siber, sangat dibutuhkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu mengatasi serangan-serangan siber, seperti yang dilakukan oleh Bjorka.

Selain untuk menumbuh-kembangkan minat siswa di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, penerapan pelajaran informatika di Kurikulum Merdeka akan sangat bermanfaat, minimal generasi muda bangsa ini tau, mana yang benar-benar web atau situs asli dan mana yang phising atau web yang menyabar seperti aslinya.

Maraknya kebocoran data bisa disinyalir karena pengetahuan warga Indonesia yang masih lemah yang tidak dengan jeli melihat web atau situs yang asli dan yang phising atau menyerupai aslinya. Gampangnya masyarakat kita mengisi data ketika ada yang minta mengisi data dengan memberikan link atau web yang harus diisi dan juga menyebarkan link atau web phising itu kepada teman-temannya di grup, dan banyak kemungkinan lain seperti memang kurangnya pengetatan ke manana data di web ataupun situs resmi perusahaan swasta maupun negeri.

Semoga apa yang dilakukan oleh Bjorka ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, terutama pemangku kepentingan di Republik ini agar dalam membuat kebijakan, apalagi dalam Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas), tetap mengedepankan pendidikan atau pembelajaran berbasis teknologi atau minimal mengembalikan mata pelajaran informatika di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun