Mohon tunggu...
Agustine Ranterapa
Agustine Ranterapa Mohon Tunggu... Guru

Aku seorang Guru SD. Tidak ada keajaiban dalam pekerjaanku. Aku tidak pernah berjalan diatas air dan aku juga tidak mampu membela lautan. Tetapi yang aku tahu, aku adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mencintai anak-anak didikku. Karena menurutku seni tertinggi seorang guru adalah bagaimana ia menciptkan kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan". Alhamdulillaah ditakdirkan menjadi seorang guru.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Musim Yang Tidak Pernah Kembali

25 September 2025   15:45 Diperbarui: 25 September 2025   15:47 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto Lantern Of Heart

Namun, dalam kegagalan, aku menemukan sesuatu. Aku menemukan diriku yang sebenarnya. Di tengah kesuksesan, sering kali kita memakai topeng, berpura-pura kuat, berpura-pura sempurna. Tapi dalam kegagalan, topeng itu terlepas. Kita melihat diri kita yang rapuh, yang penuh kekurangan. Kita melihat kelemahan-kelemahan yang selama ini kita sembunyikan. Dan di sanalah, di titik paling rendah itu, aku menemukan kekuatan yang sesungguhnya.

Kegagalan, ternyata, bukanlah akhir dari segalanya. Ia adalah sebuah jeda, sebuah titik untuk berhenti sejenak, mengevaluasi, dan merenungkan. Firman Allah dalam Surah Al-Inshirah (Alam Nasyrah) menggema di telinga, "Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan." Ayat ini bukan hanya sekadar janji, tetapi sebuah blueprint kehidupan. Kesukaran dan kemudahan adalah dua sisi dari koin yang sama. Mereka datang beriringan. Tanpa kesulitan, kita tidak akan pernah menghargai kemudahan. Tanpa kegagalan, kita tidak akan pernah memahami hakikat kesuksesan.

Kesuksesan sejati bukanlah pencapaian materi atau pengakuan publik. Ia adalah keberhasilan dalam mengelola hati, dalam bangkit kembali setelah jatuh, dalam bersabar saat diuji. Setiap kegagalan adalah pelajaran, setiap jatuh adalah kesempatan untuk mengukur kekuatan diri. Aku belajar bahwa sukses bukanlah tentang tidak pernah jatuh, melainkan tentang berani bangkit setiap kali jatuh. Dan setiap kali aku bangkit, aku menemukan diriku sedikit lebih kuat, sedikit lebih bijaksana, dan sedikit lebih dekat dengan-Nya.

Malam pun tiba. Angin berembus dingin, membawa serta aroma tanah basah dan daun-daun kering. Di balik jendela, aku memandang keheningan malam yang pekat. Aku memikirkan cinta.

"Kalau kamu ingin mengetahui hakikat cinta, kamu harus menikmati rasa patah hati terlebih dahulu."

Ini mungkin yang paling menyakitkan. Aku telah mencintai, dengan tulus dan segenap hati. Aku telah berkorban, aku telah berharap, aku telah bermimpi. Dan kemudian, mimpi itu hancur. Hati yang dulu terasa utuh, kini remuk redam. Patah hati, bagaikan ribuan jarum yang menusuk tanpa henti. Setiap kenangan adalah sengatan, setiap lagu adalah air mata. Aku merasa kehilangan arah, seolah kompas dalam jiwaku telah rusak.

Namun, di tengah puing-puing patah hati, aku menemukan ruang yang kosong. Ruang yang dulunya terisi penuh oleh cinta duniawi, kini menjadi tempat bagi sesuatu yang lain. Aku menyadari, cinta yang kukejar selama ini hanyalah bayangan. Cinta sejati tidak bersemayam pada manusia, pada kecantikan, pada kekayaan, atau pada pengakuan. Cinta sejati bersemayam di Arsy-Nya.

Patah hati, ternyata, adalah cara Allah membersihkan hati kita. Ia membersihkan segala cinta yang salah, segala ketergantungan yang tidak pada tempatnya. Ia memaksa kita untuk kembali ke satu-satunya sumber cinta yang tidak pernah padam, yang tidak pernah mengecewakan: Allah. Cinta kepada manusia adalah sebuah jembatan, bukan tujuan akhir. Jembatan untuk mengenal cinta yang lebih agung. Patah hati adalah rambu, yang menunjukkan bahwa kita telah salah arah, bahwa kita terlalu terpaku pada jembatan, bukan pada tujuan akhir.

Ketika hati terasa kosong, aku memenuhinya dengan dzikir, dengan salat, dengan membaca Al-Qur'an. Aku belajar untuk mencintai-Nya, mencintai Rasul-Nya, mencintai diri sendiri sebagai ciptaan-Nya. Patah hati bukanlah akhir dari cinta, melainkan awal dari cinta yang sesungguhnya. Cinta yang tidak mengharap balasan, cinta yang ikhlas, cinta yang berlandaskan iman.

Daun-daun di taman kini terlihat berbeda. Mereka bukan lagi simbol perpisahan yang menyedihkan, tetapi pengingat akan siklus kehidupan. Mereka gugur untuk memberi ruang bagi tunas baru.

Kadang begitulah kehidupan. Ia adalah serangkaian ujian, sebuah perjalanan yang berliku. Kita ditipu untuk belajar tentang kejujuran. Kita jatuh untuk memahami arti sukses. Kita patah hati untuk menemukan hakikat cinta. Setiap luka adalah pelajaran, setiap air mata adalah pembersih hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun