Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Ekuador, Sebuah Negeri yang Terkenal karena Teori Evolusi

25 November 2022   15:46 Diperbarui: 25 November 2022   16:06 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HMS Beagle saat bersandar di pelabuhan Sydney. Sumber: Royal Museums Greenwich

Pada 27 Desember 1831, Kapal layar the Beagle meninggalkan London. Kapal Angkatan Laut Kerajaan Inggris tersebut berlayar menyusuri garis pantai Amerika Selatan. Misinya melakukan pemetaan. 

Di dalamnya ada pemuda 22 tahun. Ahli geologi amatir. Riwayat hidupnya: pernah berstatus mahasiswa kedokteran Edinburgh. Tidak betah. Lalu pindah ke Cambridge, ambil teologi. Calon pendeta. 

 Catatan akademisnya penuh kesuraman: suka bolos, tidak betah di kelas, menyukai batuan, suka keluyuran di alam, pengumpul kumbang yang berdedikasi. Sepertinya anak muda tersebut salah ambil jurusan. Ya, berada di jalur yang salah karena keinginan orangtuanya.

------

 Siapa sangka anak muda yang suka mengumpulkan batu, kerang dan kumbang--dan suka melamun--28 tahun kemudian menjadi salah satu tokoh ilmu alam tersohor di dunia. Pemikirannya tentang evolusi spesies. Membuat dunia ilmu pengetahuan seperti tersengat. Ada yang berjingkrak kegirangan. Ada yang bersungut penuh amarah.

Teori Evolusi sejatinya merevolusi pemikiran. Tepatnya mengobrak abrik pemahaman yang sudah mapan tentang makhluk hidup. Khususnya manusia. Asal usul manusia.

Otoritas keagamaan meradang dan mengecam. Pemikiran Darwin dibenci. Sekaligus banyak dibaca. Dimusuhi sekaligus didalami. Dialah Charles Darwin. Naturalis Inggris yang penuh kontroversi.

Ada tiga tokoh ilmuwan yang pemikirannya merevolusi cara pandang manusia. Nicolas Copernicus, Charles Darwin dan Albert Eisntein. Dua tokoh pertama pemikirannya berada di tepi jurang: bertentangan dengan keyakinan di zamannya. Sangat berisiko.

Sedangkan Eisntein, tidak banyak penentangan. Karena tidak bersinggungan langsung dengan teologi yang dianut masyarakat di eranya.

Darwin menyadari, teorinya akan menimbulkan kegaduhan. Dan pastinya dia akan dimusuhi kaum agamawan. Otoritas teologi saat itu--dan sampai sekarang--mengecam serta mengutuk pemikiran Teori Evolusi.

Pemikiran Darwin sederhananya seperti ini: Setiap makhluk hidup berubah. Makanan dan alam faktornya. Perubahan secara bertahap. Jutaan tahun. Bisa milyaran tahun. ini akan membentuk makhluk yang berbeda dari moyangnya. Yang bisa beradaptasi akan lestari. Jika gagal akan punah. Termasuk Manusia. Sekali lagi--Manusia!

 Pemikiran radikal Charles Darwin tertuang dalam buku On the Origin of Species yang terbit 1859. Gagasan buku tersebut diilhami dari kunjungannya di pulau yang berbau angus, berwarna hitam, panas dan gersang yakni Galapagos. Ya, Galapagos masuk yuridiksi negara Ekuador. Sebuah negara jajahan Spanyol yang namanya diilhami dari garis khatulistiwa: equator. Galapagos sendiri tercatat sebagai salah satu warisan dunia UNESCO pada 1978.

Equador sendiri merdeka dari Spanyol pada 10 Agustus 1830. Masa saat akhir Perang Diponegoro di Hindia Belanda.

Di Kepulauan Galapagos Darwin melihat berbagai jenis burung Finch. Ada banyak perbedaan, terutama paruhnya dan makanannya. Menurutnya burung-burung tersebut awalnya satu Spesies. Namun, karena terpisah pulau--walau berdekatan--burung tersebut mengembangkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannnya. Muncullah makhluk yang berbeda satu sama lain. Keragaman muncul karena mesin alam.

Ekuador di Piala Dunia Qatar

Nama Ekuador populer saat ini. Ya, setidaknya saat pertandingan pembukaan Piala Dunia 2022. Negeri pengekspor pisang utama dunia ini, dengan jumlah penduduk 18 juta, menarik banyak orang untuk mengetahui lebih lanjut. Ekuador telah membuka Piala Dunia di Qatar dengan torehan manis.  

La tricolor menggasak tuan rumah 2-0 tanpa ampun. Tanpa basa-basi. Itu mengejutkan. Banyak ahli nujum skornmenjagokan Qatar yang akan menang. Tapi Qatar seolah mendapat sebuah kutukan. Kutukan tuan rumah: menanggung beban untuk menang. Beban yang cukup berat. Pada akhirnya limbung. Qatar seolah jerapah berleher pendek di antara pucuk daun yang tinggi. Gagal beradaptasi terhadap pesaingnya.

Sepakbola Ekuador telah berevolusi. Dari kancah regional ke arah global. Sesuatu catatan manis. Sudah empat kali keikutsertaan di Piala Dunia. Pada 2002, 2006, 2014 dan 2022. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan. Prestasi terbaiknya bisa masuk 16 besar pada 2006. Selebihnya, tersingkir di babak penyisihan. Tapi tak apa. Itu sudah cukup membanggakan, dibanding tidak ikut.

Sejarah Alam Indonesia-Ekuador

Banyak hal menarik dari negeri evolusi ini. Ekuador pada 2008, konstitusinya menyepakati sebuah undang-undang tentang pengakuan hak alam. Hak pohon, hak binatang untuk tumbuh berkembang dan hidup selayaknya.

Undang-undang yang sangat ramah lingkungan. Sebagai bukti bahwa Ekuador--manusia ekuador--tidak menempatkan dirinya sebagai pemuncak rantai makanan yang bisa berbuat apa saja untuk mengekslpoitasi alam.

Pengakuan semacam ini layak dikembangkan sebagai kesadaran universal. Tak ada hak legal manusia bisa sesukanya menebang pohon. Memakan hewan dengan alasan kesejahteraan manusia. Atau mengeruk gunung hanya untuk mencari emas yang tidak bisa dimakan. Ya, egosentris. Sebuah pandangan yang mau dibongkar setidaknya diredam oleh Ekuador.

On the origin of species dan Ekuador seolah menyatu. Membuka kesadaran tentang keberadaan makhluk hidup untuk saling berbagi dalam satu kesatuan rantai energi. Perputaran energi yang seimbang.

Ekuador di Qatar seolah juga membawa pesan terselubung bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih jauh negara yang menggunakan dollar Amerika sebagai mata uangnya ini.

Setidaknya bagi orang Indonesia. Jarak Ekuador ke Indonesia 18.626 Km. Terbilang jauh. Namun, Indonesia dan Ekuador punya kesamaan yang kuat. Sangat kuat. Sama-sama dilalui garis khatulistiwa. Dan sama-sama wilayahnya menjadi subjek utama lahirnya teori Evolusi. Alfred Russel Wallace melakukan pengembaraan di Nusantara. Dan Darwin di Ekuador. Dua tokoh Evolusi paling berpengaruh di dunia.

Atas kesaman itulah seharusnya masyarakat Indonesia belajar bagaimana menghormati alam sebagaimana Ekuador lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun