Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Ekuador, Sebuah Negeri yang Terkenal karena Teori Evolusi

25 November 2022   15:46 Diperbarui: 25 November 2022   16:06 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HMS Beagle saat bersandar di pelabuhan Sydney. Sumber: Royal Museums Greenwich

Ekuador di Piala Dunia Qatar

Nama Ekuador populer saat ini. Ya, setidaknya saat pertandingan pembukaan Piala Dunia 2022. Negeri pengekspor pisang utama dunia ini, dengan jumlah penduduk 18 juta, menarik banyak orang untuk mengetahui lebih lanjut. Ekuador telah membuka Piala Dunia di Qatar dengan torehan manis.  

La tricolor menggasak tuan rumah 2-0 tanpa ampun. Tanpa basa-basi. Itu mengejutkan. Banyak ahli nujum skornmenjagokan Qatar yang akan menang. Tapi Qatar seolah mendapat sebuah kutukan. Kutukan tuan rumah: menanggung beban untuk menang. Beban yang cukup berat. Pada akhirnya limbung. Qatar seolah jerapah berleher pendek di antara pucuk daun yang tinggi. Gagal beradaptasi terhadap pesaingnya.

Sepakbola Ekuador telah berevolusi. Dari kancah regional ke arah global. Sesuatu catatan manis. Sudah empat kali keikutsertaan di Piala Dunia. Pada 2002, 2006, 2014 dan 2022. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan. Prestasi terbaiknya bisa masuk 16 besar pada 2006. Selebihnya, tersingkir di babak penyisihan. Tapi tak apa. Itu sudah cukup membanggakan, dibanding tidak ikut.

Sejarah Alam Indonesia-Ekuador

Banyak hal menarik dari negeri evolusi ini. Ekuador pada 2008, konstitusinya menyepakati sebuah undang-undang tentang pengakuan hak alam. Hak pohon, hak binatang untuk tumbuh berkembang dan hidup selayaknya.

Undang-undang yang sangat ramah lingkungan. Sebagai bukti bahwa Ekuador--manusia ekuador--tidak menempatkan dirinya sebagai pemuncak rantai makanan yang bisa berbuat apa saja untuk mengekslpoitasi alam.

Pengakuan semacam ini layak dikembangkan sebagai kesadaran universal. Tak ada hak legal manusia bisa sesukanya menebang pohon. Memakan hewan dengan alasan kesejahteraan manusia. Atau mengeruk gunung hanya untuk mencari emas yang tidak bisa dimakan. Ya, egosentris. Sebuah pandangan yang mau dibongkar setidaknya diredam oleh Ekuador.

On the origin of species dan Ekuador seolah menyatu. Membuka kesadaran tentang keberadaan makhluk hidup untuk saling berbagi dalam satu kesatuan rantai energi. Perputaran energi yang seimbang.

Ekuador di Qatar seolah juga membawa pesan terselubung bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih jauh negara yang menggunakan dollar Amerika sebagai mata uangnya ini.

Setidaknya bagi orang Indonesia. Jarak Ekuador ke Indonesia 18.626 Km. Terbilang jauh. Namun, Indonesia dan Ekuador punya kesamaan yang kuat. Sangat kuat. Sama-sama dilalui garis khatulistiwa. Dan sama-sama wilayahnya menjadi subjek utama lahirnya teori Evolusi. Alfred Russel Wallace melakukan pengembaraan di Nusantara. Dan Darwin di Ekuador. Dua tokoh Evolusi paling berpengaruh di dunia.

Atas kesaman itulah seharusnya masyarakat Indonesia belajar bagaimana menghormati alam sebagaimana Ekuador lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun