Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Mistery Topic III] Surat dari Sutomo, untuk Rakyat Bumiputera Zaman Now

20 Mei 2020   21:04 Diperbarui: 20 Mei 2020   21:03 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Sutomo dan Nyonya Everdina Bruring (Sumber foto: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Sebagai seorang dokter, nuraniku merasa terusik dengan apa yang sudah terjadi di Indonesia saat ini. Tentu berita pandemi covid-19 menjadi salah satu berita populer yang ramai dibicarakan di mana-mana di tahun 2020. Pandemi yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini memang belum ada di zamanku. Tapi aku mau berbagi sedikit cerita tentang "wabah lain" yang pernah menjadi momok sekaligus memakan korban jiwa yang tidak sedikit di masa lalu.

Kami mengenal wabah itu dengan istilah "Maut Hitam". Wabah itu disebabkan oleh kutu-kutu tikus yang menjangkiti manusia dan dikenal dengan penyakit pes. Sejak 1910, Malang dilanda wabah ini. Menurut kabar, pada abad ke-14, wilayah Eropa juga pernah dilanda wabah mematikan ini. Sepertiga penduduknya tewas karenanya. Bila jumlah penduduk yang tewas saat itu digabungkan dengan kejadian serupa di Asia, India, Timur Tengah, dan Tiongkok, jumlah korbannya mencapai 75 juta jiwa! Angka yang fantastis, bukan?

Saat seseorang terjangkiti wabah ini, maka akan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening, ketiak, atau pangkal pahanya. Ukurannya mulai sebesar biji telur sampai buah apel. Sebagian orang ada yang selamat, namun tak sedikit yang meninggal dalam rentang waktu tak sampai seminggu.

Karena banyak dokter asli Belanda "ogah" turun tangan untuk menangani wabah ini, maka aku bersama Dokter Cipto Mangunkusumo dan beberapa dokter pribumi memberikan diri untuk menjadi "garda terdepan" bagi rakyat Bumiputera yang menderita.

Jika sekarang tenaga medis dilengkapi dengan APD, obat-obatan, dan peralatan kedokteran yang serba canggih dalam menangani pandemi covid-19; di zaman kami semua itu belum ada. Tanpa masker, tanpa penutup mulut dan wajah, kami para dokter lulusan STOVIA, blusukan ke kampung-kampung untuk menolong para korban penyakit Maut Hitam itu. Kami sudah menyerahkan diri kami seutuhnya kepada nasib, biarlah perlindungan Allah SWT yang menjadi kekuatan bagi kami.

Kerajaan Belanda memberikan apresiasi kepada perjuangan kami. Kawanku yang bernama Dokter Cipto diberi anugerah gelar Ridder in de Orde van Oranje Nassau. Bagi kami gelar itu tidak banyak berarti, karena sebagai dokter, tugas menolong masyarakat Bumiputera adalah menjadi "panggilan jiwa" kami!

Wah, mengenang nostalgia masa lalu itu sebenarnya indah. Apalagi di bulan suci Ramadan 1441 H yang sebentar lagi akan berakhir. Mungkin di lain waktu kisah ini akan kulanjutkan. Sebelum kututup kisahku, aku mewakili kawan-kawanku anggota organisasi Budi Utomo, ingin mengucapkan kepada kalian semua, "Taqabbalallahu minna wa minkum, ja'alana minal a'idin wal fa'izin". Mohon maaf lahir dan batin dan selamat merayakan Hari Raya Lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun