"Bukan, Nak. Penghargaan yang diberikan Demang Lehman pada leluhur kita itu berupa sarung. Sesuai dengan hikayat yang sudah dikisahkan turun-temurun, sarung itu motifnya berwarna hitam putih dan bergaris-garis, mirip yang kamu pakai sekarang." Tutur Abah menjelaskan.
Lehman mulai mengangguk-angguk tanda mengerti. Setidaknya kini ia mulai paham mengapa dalam beberapa kesempatan Abahnya atau Kainya kerap menyebut sarung dengan motif itu sebagai sarung 'Demang Lehman.' Ternyata ada kisah heroik di zaman Perang Banjar yang melatarbelakanginya.
Di akhir penuturannya, Abah memberi beberapa nasihat kepada Lehman. "Nak, ikam itu harus rajin salat dan puasa. Ikutilah teladan Demang Lehman yang di masa hidupnya dikenal sebagai seorang Muslimin yang teguh menjalankan syariat agama."
"Terus, Bah!?" ucap Lehman lagi.
"Demang Lehman selalu menjalankan salat dan puasa dengan baik. Bahkan menurut kisah yang pernah disampaikan Kai Ali kepada Abah dan Mama, Demang Lehman tetap berpuasa dan rajin salat hingga menjelang hukuman mati. Beliau menjalani hukuman matinya tanggal 19 Ramadan 1280 H sore. Nah, pagi harinya, Demang Lehman masih melakukan sahur sebagai bentuk ketaatan ibadahnya." Kata Abah sambil menepuk-nepuk pundak Lehman.
Hari kian beranjak siang. Seperti biasanya, Lehman pun segera pergi ke halaman belakang untuk membantu Mamanya menjemur tapasan. Sementara itu Abah Lehman pergi ke gang sebelah untuk bertandang ke kediaman Kai Ali.
Â
Catatan istilah bahasa Banjar :
- basambang = ngabuburitÂ
- es nyiur gula habang = es kelapa muda dengan gula merah
- nyaman banar = enak sekali