Hampir sembilan bulan kita berada pada situasi darurat yaitu menghadapi pandemic Covid-29 yang melanda dunia. Situasi ini bukan saja berdampak pada kesehatan, tapi juga pada hal lain yang terkait semisal ekonomi, transportasi, pariwisata, pendidikan dan lain sebagainya.
Pergerakan kita yang serba terbatas ini memang menimbulkan bentuk relasi baru dengan orang lain semisal untuk rapat akan sering menggunakan teknologi, begitu juga sekolah yang mengandalkan teknologi komunikasi sebagai sarana pembelajaran. Di beberapa tingkat pendidikan, sekolah memang belum dibuka untuk menghindari keadaan yang tidak memungkinkan yaitu penularan secara massif.
Hal lain yang terbentuk karena situasi darurat ini adalah pesatnya kegiatan bermedia sosial melalui smartphone. Ini bisa dipahami mengingat banyak dari pelajar, karyawan maupun ibu rumah tangga yang melakukan kegiatan belajar dan bekerja dari rumah dilanda kebosanan karena larangan bepergian /ke luar rumah kecuali situasi mendesak. Sekokah secara offline belum ada, beberapa perkantoran masih memberlakukan bekerja dari rumah, pengajian dan arisan belum ada dan lain sebagainya.
Karena itu bermedia sosial menjadi alternative untuk menjaga tali silaturahmi  orang perorang. Satu pelajar sering mengirimkan pesan kepada temah sekolahnya melalui grup wa, intagram dan lain sebagainya. Begitu juga ibuibu dan warga lainnya juga melakukan hal serupa untuk menjaga relasi antar mereka.
Ada kalanya mereka 'terjebak' pada pembicaraan atau narasi yang tidak seharusnya mereka lakukan, semisal membincangkan pro kontran kedatangan Habib Rizieq ke Indonesia. Lalu spekulasi soal reshuffle lalu perbincangan soal agama yang menjurus kepada perpecahan atau perbedaan.
Ini sering menimbulkan kegaduhan yang kadang diluar dugaan. Kepulangan Habib Rizieq ke Indonesia misalnya menimbulkan kegaduhan yang luar biasa karena banyak masyarakat yang terpolarisasi dan mereka saling menyerang di media sosial dengan narasinarasi kasar dan tidak sepantasnya sehingga menimbulkan antipati dan saling bermusuhan.
Narasi-narasi kebencian yang dilontarkan ini terjadi berhari-hari bahkan berminggu-minggu setelah sang Habib tiba. Mereka juga tidak bisa meninggalkan fanatisme mereka jika berkomentar di media online saat ada perkembangan soal Habib.
Seharusnya kita sadar bahwa tindakana-tidakan saling sering, saling membenci itu sama sekali tidak seharusnya dilakukan. Apalagi bagi warga yang paham agama dengan baik. Kebencian dan tindakan berkata kasar sangat dijauhi oleh sang Nabi Muhammad. Janganlah kita mbenturkan diri pada larangan-larangannya. Sebaliknya kita isi masa masa sulit dan darurat ini dengan kebaikan dan saling menjaga perasaan yang berbeda.