Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jokowi Setop Ekspor Bahan Mentah, Indonesia Berdikari Bukan Sekadar Jargon Sejarah

11 Januari 2020   08:03 Diperbarui: 11 Januari 2020   20:18 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kapal tambang (merdeka.com/ shutterstock).

Membebaskan Indonesia dari "resources curse" 

Dua komoditas ekspor yang disebutkan Jokowi di awal tadi termasuk produk unggulan yang menyumbang devisa cukup besar; batubara dan kelapa sawit (CPO dan olahan).

Ketika Uni Eropa menghambat impor sawit dari Indonesia, dampak perekonomian yang kita rasakan cukup besar. Pemerintah kesulitan mencari pasar alternatif untuk menyerapnya.

Selain sawit produk utama hasil pertanian kita yaitu karet, kakao, dan kopi, serta produk perikanan.

Sementara itu di sektor mineral dan barang tambang, di luar batubara Indonesia antara lain punya bauksit, nikel, tembaga, dan bijih besi.

Cadangan batubara terbukti yang kita punya besarnya hampir 40 miliar ton. Sedangkan nikel, potensinya sebanyak 9 miliar metrik ton atau 23,7 % cadangan dunia  (cnbc.co.id, 29/10/2019).

Data kandungan mineral lain dan umur cadangannya seperti  yang dilansir detik.com, (o8/07/2019)   yaitu:

  • tembaga 2,76 miliar ton, untuk 39 tahun;
  • besi 3 miliar ton, untuk 769 tahun;
  • bauksit (bahan aluminium) 2,4 miliar ton, 422 tahun;
  • emas 1.132 ton Au, untuk  28 tahun;
  • perak 171.499 ton Ag, untuk 1.143 tahun;
  • timah 1,5 juta ton Sn, untuk 21 tahun.

Rendahnya nilai ekonomi bahan mentah yang kita ekspor dan tingginya harga impor barang jadi membuat Indonesia sulit keluar dari "resources curse" atau kutukan sumber daya alam.

Negara-negara Afrika sudah mengalaminya; kaya raya potensi alamnya tetapi penduduknya masih terbelenggu kemiskinan.

Ketika kekayaan alam tidak berbanding lurus dengan kemakmuran dan peningkatan kualitas sumber daya manusia maka alarm tanda bahaya seharusnya sudah nyaring berbunyi. Sumber daya tersebut suatu saat pasti habis karena tidak dapat diperbarui. 

Tanpa political will dari pemerintah, kekayaan alam bumi Nusantara juga pada akhirnya hanya akan dinikmati segelintir orang. Kesejahteraan rakyat secara merata tidak terwujud sesuai amanat konstitusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun