Sandiaga Uno baru saja menjual saham perusahaan Saratoga Investama Sedaya Tbk. sebanyak 5 juta lembar. Harga per lembarnya jika ingin tahu bisa Anda cek di sini.
Sebelumnya, tercatat sudah 4 kali Sandi melakukan aksi jual saham.
1. 2 Oktober 12 juta lembar.
2. 3 Oktober 39,4 juta lembar.
Total nilainya Rp 194,04 miliar.
Penjualan berikutnya:
3. 8 Oktober 28 juta lembar.
4. 9 Oktober 2,1 juta lembar.
Total nilai Rp 113,71 miliar.
Sangat banyak saham Sandi yang dilego, tapi tenang.... Sebelum penjualan, jumlah saham Saratoga milik salah satu Crazy Rich Batavian ini juga luar biasa untuk ukuran pedagang pete: 702,71 juta lembar saham!
“Memang saya sudah menyatakan, jika memang diperlukan, saya akan menjual saham saya untuk membiayai kampanye ini,” Sandiaga Uno (29/11, pilpres.tempo.co).
Yang menarik dari penjualan saham Saratoga kali ini adalah kedekatan waktunya dengan jadwal Reuni 212 yang akan dilaksanakan 2 Desember 2018 besok. Belum tentu ada hubungannya memang, sekaligus belum tentu juga tidak ada hubungannya.
Reuni 212 mungkin gratis dari segi sewa lokasi karena sudah seizin Gubernur DKI (mohon koreksi jika ternyata sewa Monas itu harus bayar). Tetapi bensin mobil komando, setrum TOA, katering panitia (kalau peserta bawa sendiri), atribut aksi, biaya transport peserta luar daerah dan hal-hal terduga lainnya tetap butuh duit, dana logistik namanya.
Sebagai perbandingan anggaran, kegiatan Kemah Pemuda Indonesia 16-17 Desember 2017 di Prambanan menghabiskan dana Rp 5 miliar, jumlah peserta 20.000-an.
Reuni 212 memang akan berlangsung cuma sehari, jadi tinggal kalkulasi saja berapa perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk membiayai sekian banyak peserta.
Pada tahun 2017 kemarin acara reuni yang sama diklaim panitia sukses menghadirkan "7,5 juta" peserta! Meningkat dari acara sebenarnya yang diperingati yaitu Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 yang berhasil menghimpun umat sebanyak "7 juta" peserta.
Berkaitan dengan lepasnya kepemilikan saham Saratoga itu, Sandi Uno sendiri menegaskan bahwa uang hasil penjualan saham tersebut akan digunakan untuk biaya kampanye. Menurutnya, belum ada perusahaan atau pengusaha perseorangan yang membantu masalah dana di pihaknya.
Sementara, masuk akal pengakuan itu karena nyata-nyata Prabowo juga sudah mengaku "miskin", jadi mungkin Sandi yang harus nraktir sebagian besar biaya kampanyenya.
Untuk menguji apakah penjualan saham Sandi ada relasinya dengan Reuni 212 bisa kita coba dengan menyimak reaksi Sandi Uno terkait pelaksanaan acara tersebut sebagai indikasi.
Sebelumnya, penulis meragukan apakah Sandi yang notabene santri versi PKS ini benar-benar terdaftar sebagai alumnus 212 atau tidak.
Catatan tambahan, Sandiaga tidak pernah masuk daftar rekomendasi bakal cawapres yang disodorkan kepada Prabowo oleh elemen 212. Bahkan rekomendasi Rizieq Shihab saat Ijtimak Ulama sendiri tidak pernah menyinggung nama Sandiaga Uno.
Artinya, posisi Sandi dalam komunitas 212 tidak terlalu nyata keberadaanya.
Bisa kita lihat dalam dokumenter Aksi Bela Islam 2016. Yang banyak tampak di media adalah petinggi FPI, lalu GNPF MUI, tidak terlihat Sandi Uno (apa pas sedang betulin sound system yaa..., sehingga tidak terekam kamera).
Jokowi-JK dan staf-stafnya yang justru secara mengejutkan mendadak hadir di acara tersebut dan kemudian jadi news: Jokowi punya nyali! Padahal rekomendasi para pembantu di lingkaran istana adalah melarang hadir demi keselamatan presiden sendiri. Benar-benar koppig kalau kata Setya Novanto dalam percakapannya dengan Reza Chalid.
Pun di acara Reuni 212 tahun 2017, tidak ada berita atau komentar signifikan dari Sandi Uno. Yang ada adalah Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang pada tahun sebelumnya absen.
Fenomena terbaru yang bisa kita cermati adalah tiba-tiba Cawapres Sandiaga Uno terekspose di media berkomentar seolah-olah dia paham konsep acara Reuni 212 yang akan berlangsung.
Pertama, pernyataannya yang mengatakan bahwa Reuni 212 tidak bermuatan politik.
"Saya melihat bahwa tentunya reuni 212 bagian dari kegiatan silahturahmi yang sudah digelar yang kedua. Saya tidak melihat muatan politik yang besar di sini dan anggapan itu menguntungkan salah satu pasangan calon, nggak juga." (28/11, detik.com).
Bagaimana bisa Sandi mengatakan Reuni 212 tidak akan bermuatan politik sementara dia tidak punya rekam jejak di sana? Apakah Sandi sudah membaca proposal agenda acaranya?
Kapitera Ampera dan Ma'ruf Amin saja yang tergolong pentolan 212 kelas VIP tegas menolak reuni, sulit dipahami jika Sandi yang bukan siapa-siapa tiba-tiba berbicara hal yang substansial terkait kegiatan tersebut.
Dalam pernyataan yang lain Sandi Uno juga menyatakan keinginannya agar Prabowo dan Jokowi kembali melakukan adegan berpelukan seperti yang terjadi di TMII pada Asian Games. Harapannya adalah agar dapat menyejukkan dilihat oleh rakyat Indonesia.
Jokowi mungkin masih mau melakukan adegan ulang tersebut seandainya latar belakang scene-nya adalah Merah Putih. Tetapi seperti yang diberitakan oleh media, panitia reuni justru akan membentangkan bendera bertuliskan kalimat tauhid yang mirip bendera HTI. Apa iya Jokowi akan begitu? Entah kalau Prabowo.
Dari sudut pandang kreativitas jelas keinginan Sandi tersebut juga sangat tidak inovatif, tidak ada gregetnya. Masak berpelukan melulu diulang-ulang. Sekali-sekali adu panco kek, Prabowo pasti berpeluang menang telak.
Petunjuk-petunjuk di atas tentu masih prematur, tidak berdasar, dan cacat logika jika langsung disimpulkan ada kaitan antara aksi jual saham Saratoga dengan acara Reuni 212 nanti. Perlu banyak tanda-tanda penguat dan bukti lain yang lebih meyakinkan.
Mudah-mudahan aksi jual saham Sandi memang karena lagi BU, Butuh Uang, tepatnya BUK, Butuh Uang untuk Kampanye; bukan BUR, Butuh Uang untuk Reuni.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI