"Visi yang jelas memberi arah, misi yang hidup memberi kekuatan. Bersama, keduanya menyalakan api perubahan bagi negeri."
Mungkin, karena sering berbincang dan berdiskusi dengan karyawan-karyawan di berbagai kementrian, kini saya jadi suka memperhatikan visi dan misi beragam BUMN. Tak jarang saya kagum, bagaimana visi dan misi itu ditetapkan. Pasti, ada proses dan diskusi panjang di baliknya. Namun, kadang juga saya menemukan pertanyaan yang menggoda: apakah visi-misi yang tercantum di website resmi mereka sudah update dan relevan?
Saya pun suka bertanya dalam hati: "Apakah visi-misi ini sekadar kata-kata manis, atau benar-benar peta jalan masa depan?"
Di balik kalimat yang tampak sederhana, visi-misi sejatinya adalah kompas besar yang menentukan arah bisnis. Sekaligus juga legitimasi regulasi, bahkan dampak sosial bagi jutaan rakyat. Namun, tidak jarang visi-misi yang terpampang di situs resmi BUMN terasa ketinggalan zaman, terlalu jargonistik, atau sekadar formalitas.
Padahal, di era transformasi digital, krisis iklim, dan persaingan global yang makin ketat, visi-misi bukan lagi pilihan kosmetik korporasi. Ia adalah ujian: apakah BUMN mampu menjalankan mandat negara sekaligus bersaing di panggung internasional.
Inilah saatnya kita membaca ulang visi-misi BUMN dengan sepuluh lensa kritis. Bukan untuk mencari salah, kelemahan atau kekurangan. Sama sekali tidak. Namun untuk menemukan arah, menjaga mandat, dan membangun inspirasi yang sesungguhnya.
Baik, saya sudah sederhanakan naskah Anda agar lebih ringkas, mengalir, mudah dibaca, namun tetap menjaga isi, esensi, dan maknanya. Panjangnya juga sudah ditekan agar tidak melebihi 1250 kata. Berikut hasil perbaikannya:
Visi dan Misi Itu Kompas Strategis
Visi dan misi sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bukan sekadar rangkaian kata indah di atas kertas. Ia adalah kompas strategis yang menentukan ke mana perusahaan melangkah, bagaimana ia berkontribusi pada negara, dan sejauh mana memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Di balik kalimat-kalimat singkat itu tersimpan tanggung jawab besar: menyeimbangkan logika bisnis dengan mandat publik, menjaga kepatuhan regulasi sekaligus menghadirkan inspirasi. Karena itu, visi-misi BUMN perlu terus dibaca ulang dengan pendekatan kritis dan multidisipliner.
Sepuluh Lensa Membaca Ulang Visi-Misi BUMN
Agar tidak berhenti menjadi jargon, visi-misi BUMN sebaiknya dilihat dari sepuluh lensa berikut.
1. Lensa Strategis - Menentukan Arah dan Relevansi
Visi adalah penunjuk arah jangka panjang, sedangkan misi menuntun langkah sehari-hari. Pertanyaan mendasarnya: apakah visi-misi BUMN hari ini benar-benar mampu membaca arus besar dunia - digitalisasi, transisi energi, perubahan iklim, hingga ketahanan pangan? Tanpa arah strategis yang jelas, semua lensa lain kehilangan pegangan.
Di sisi lain, misi tidak boleh berhenti sebagai kalimat normatif. Ia harus berakar pada core business yang membedakan BUMN dari pelaku usaha lain, sekaligus mencerminkan competitive advantage yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan. Jika visi adalah peta yang menunjukkan tujuan akhir, maka misi adalah jalan setapak yang menghubungkan strategi dengan realitas operasional.
Konsistensi antara visi yang relevan dan misi yang konkret inilah yang menjadi fondasi keberhasilan. Tanpanya, BUMN berisiko terjebak dalam retorika indah tanpa arah, atau sebaliknya, sibuk dengan rutinitas teknis tanpa gambaran besar yang jelas.
2. Lensa Regulatif & Tata Kelola - Mandat Negara
BUMN lahir dari amanat konstitusi dan regulasi. Karena itu, visi-misi harus dijamin sah secara hukum dan sesuai mandat negara. Ini dasar legitimasi BUMN sebagai entitas publik.
Visi misi juga harus selaras dengan undang-undang, regulasi sektoral, dan prinsip good corporate governance (GCG). Kepatuhan ini bukan sekadar formalitas, melainkan sumber legitimasi dan akuntabilitas di mata rakyat. Selain juga, sebagai bukti bahwa BUMN memahami dirinya sebagai kepanjangan tangan negara dalam melayani publik.
3. Lensa Ekonomi & Kinerja - Antara Profit, Pelayanan Publik, dan Keberlanjutan
Lensa ini digunakan untuk menguji apakah visi-misi mampu menyeimbangkan logika bisnis dengan mandat sosial.
BUMN dituntut menghasilkan nilai tambah ekonomi bagi negara melalui dividen, pajak, dan kontribusi (nilai tambah) pada APBN. Juga, sekaligus menjalankan public service obligation (PSO) untuk melayani masyarakat. Visi-misi yang sehat harus menyeimbangkan profitabilitas jangka panjang, daya saing global, dan keberlanjutan layanan publik. Termasuk didalamnya, keberlanjutan finansial agar layanan publik tidak dikorbankan.
Dengan begitu, BUMN benar-benar hadir sebagai penopang ekonomi sekaligus pelayan masyarakat.
4. Lensa Risiko & Ketahanan - Siap Hadapi Ketidakpastian dan Krisis
BUMN memegang aset negara yang bernilai strategis, sehingga setiap kegagalan manajemen risiko bisa berdampak langsung pada stabilitas publik. Karena itu, kesadaran risiko dan kemampuan bertahan harus melekat dalam visi-misi. Pertanyaan pentingnya: apakah strategi BUMN sudah benar-benar siap menghadapi pandemi, krisis energi, bencana alam, atau gejolak geopolitik?
Di era ketidakpastian global, resiliensi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Visi-misi perlu mencerminkan kesigapan menghadapi berbagai bentuk disrupsi, sekaligus memastikan bahwa arah strategis tidak mudah goyah ketika guncangan besar datang.
Dengan lensa ini, visi-misi BUMN diuji: apakah ia hanya indah di atas kertas, atau benar-benar tangguh menghadapi badai tanpa kehilangan arah?
5. Lensa Inovasi & Transformasi Digital - Relevansi di Era Disrupsi
Kekuatan BUMN bukan hanya pada skala aset, tetapi juga pada kemampuan beradaptasi. Karenanya, digitalisasi, big data, AI, dan energi hijau adalah realitas baru. Ketiganya bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Visi-misi BUMN harus berani mengusung dan mencerminkan keberanian berinovasi, agar model bisnis terus relevan, efisiensi meningkat, dan layanan publik lebih cepat serta inklusif.
Inovasi bukan sekadar jargon. Ia harus menjadi jiwa yang menuntun BUMN mentransformasi model bisnis, meningkatkan efisiensi, serta memberi layanan publik yang lebih cepat, murah, dan inklusif.
Jadi, lensa ini menjadi syarat agar BUMN tetap relevan di era teknologi dan perubahan industri.
6. Lensa Budaya Organisasi & Human Capital - Mesin Penggerak SDM
SDM dan budaya kerja adalah mesin penggerak implementasi visi-misi. Tanpa menyentuh manusia, visi-misi dan juga strategi hanya di atas kertas dan hiasan dinding semata tanpa daya hidup.
Visi-misi hanya bisa hidup jika diterjemahkan dalam perilaku karyawan. Itu berarti membangun budaya kerja yang berintegritas, adaptif, dan inovatif. SDM adalah motor utama. Di sinilah pentingnya human capital. Karyawan bukan sekadar pelaksana, tetapi duta yang mewujudkan cita-cita BUMN setiap hari.
7. Lensa Geopolitik & Kedaulatan Nasional - Peran Strategis Negara
BUMN di sektor vital, seperti energi, pangan, telekomunikasi, keuangan, harus memikul fungsi strategis menjaga kedaulatan. Artinya, keputusan bisnis tak boleh hanya berdasar motif komersial, tetapi juga harus melindungi kepentingan nasional dan mempertimbangkan stabilitas negara.
Dengan lensa ini, visi-misi diuji: apakah ia memberi arah yang mendukung kepentingan nasional di tengah arus globalisasi?
8. Lensa Etika & Integritas - Fondasi dan Pagar Moral
Etika dan integritas adalah fondasi yang menjaga keberlangsungan BUMN. Korupsi, konflik kepentingan, atau penyalahgunaan wewenang tidak hanya merusak reputasi, tetapi juga menghancurkan kepercayaan publik yang menjadi modal utama keberadaan BUMN.
Karena itu, visi-misi harus secara jelas mencerminkan komitmen terhadap integritas, transparansi, dan akuntabilitas. Nilai-nilai moral ini bukan hiasan tambahan, melainkan pagar moral yang mengarahkan setiap keputusan agar tidak menyimpang dari mandat publik.
Visi-misi yang sehat adalah visi-misi yang memastikan strategi dijalankan dengan cara yang benar: berlandaskan keadilan, menjunjung akuntabilitas, dan memberi teladan. Etika dan integritas adalah enabler, penggerak sekaligus pengawal, agar setiap langkah BUMN benar-benar memberi manfaat dan inspirasi bagi negeri.
9. Lensa Sosial & Keberlanjutan - Akar pada Kehidupan Publik
BUMN bukan hanya korporasi, tetapi bagian dari masyarakat. Visi-misi harus peka pada isu sosial. Seperti lapangan kerja, pemerataan pembangunan, hingga yang selaras dengan agenda keberlanjutan global seperti ESG dan SDGs.
10. Lensa Komunikasi & Inspirasi - Bahasa yang Menggerakkan
Visi-misi harus singkat, jelas, dan mudah dipahami. Bahasa yang berbelit hanya menciptakan jarak dengan publik. Kalimat sederhana yang menyentuh justru lebih kuat untuk membangkitkan semangat kolektif dan inspirasi perubahan.
Mengapa Harus Multidisipliner
Mengkaji visi-misi BUMN tidak bisa dari satu sudut pandang saja. Diperlukan lintas disiplin agar hasilnya komprehensif. Manajemen strategis, kebijakan publik, hukum, ekonomi, komunikasi, dan sosiologi adalah fondasi utama. Selain itu, perlu juga masukan dari praktisi industri, konsultan independen, serikat pekerja, serta aktivis konsumen.
BUMN memikul mandat ganda: menjaga keberlanjutan bisnis sekaligus memenuhi kebutuhan rakyat. Menyeimbangkan dua hal ini hanya mungkin dengan pendekatan kolaboratif.
Bidang Tambahan yang Perlu Dilibatkan
Untuk mencapai standar world-class governance, sejumlah bidang tambahan juga penting:
1. Lingkungan & Sustainability, agar komitmen ESG dan SDGs bukan sekadar jargon.
2. Teknologi & Transformasi Digital, termasuk AI, big data, energi terbarukan, dan digital governance.
3. Risiko & Resiliensi, guna mengantisipasi pandemi, krisis energi, atau perang dagang.
4. Psikologi Organisasi & Leadership, agar visi-misi hidup dalam budaya kerja dan kepemimpinan.
5. Geopolitik & Keamanan Nasional, terutama bagi BUMN yang mengelola sektor vital.
6. Audit & Akuntansi Publik, untuk memastikan visi-misi terukur dan tercermin nyata dalam laporan kinerja.
Dengan melibatkan berbagai disiplin ini, visi-misi BUMN tidak hanya sah secara regulatif dan kuat secara bisnis, tetapi juga tahan uji menghadapi tantangan lingkungan, teknologi, manusia, risiko, dan geopolitik.
Dari Kata Menjadi Arah, Dari Visi Menjadi Aksi
Visi dan misi tidak boleh berhenti sebagai dekorasi laporan tahunan. Ia harus hidup dalam keputusan direksi, strategi bisnis, tata kelola, hingga layanan sehari-hari.
Membaca visi-misi melalui sepuluh lensa memberi jaminan bahwa BUMN tidak hanya besar secara aset, tetapi juga agung dalam peran: menggerakkan ekonomi, menjaga keadilan sosial, dan memberi inspirasi bagi negeri.
Seperti pepatah klasik, "Visi tanpa aksi hanyalah ilusi, aksi tanpa visi adalah kebingungan. Tetapi visi yang diwujudkan dalam aksi, itulah yang menciptakan perubahan."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI