Namun, ada kelemahan yang patut disorot. Ungkapan “kelas dunia” dan “memperkuat bangsa melalui peningkatan kepercayaan” masih terdengar normatif. Bagaimana tolok ukur “kelas dunia” didefinisikan? Apakah berbasis peringkat global, sertifikasi internasional, atau pangsa pasar? Tanpa indikator jelas, arah strategis ini rawan menjadi jargon.
2. Lensa Regulatif & Tata Kelola: Mandat Negara
Fokus dari lensa ini lebh kepada legitimasi, kepatuhan hukum, dan akuntabilitas publik.
Sebagai BUMN, IDSurvey memikul mandat negara: bukan hanya mengejar profit, tetapi juga menjaga kepentingan publik. Visi mereka menyebut “memperkuat bangsa”, yang secara simbolik mengaitkan misi korporasi dengan mandat nasional.
Kelemahannya, aspek regulatif dan tata kelola tidak muncul eksplisit. Tidak ada penyebutan mengenai kepatuhan terhadap standar internasional, akreditasi lintas negara, atau prinsip GCG (Good Corporate Governance). Padahal, jika ingin bersaing di Asia Pasifik, legitimasi tata kelola menjadi fondasi penting.
3. Lensa Ekonomi & Kinerja: Nilai dan Keberlanjutan
Lensa ini lebih menitikberatkan pada fokus: keseimbangan bisnis–pelayanan publik, dan sustainability finansial.
Di sini IDSurvey patut diapresiasi. Misi mereka jelas menyebut nilai tambah, efisiensi, keselamatan, dan keamanan—unsur yang memang menentukan daya saing. Apalagi, dalam berbagai pemberitaan, manajemen menargetkan kenaikan laba dua kali lipat lewat 45 inisiatif transformasi. Itu menunjukkan ada keseriusan di level operasional.
Namun, lagi-lagi pertanyaan muncul: bagaimana menjaga keseimbangan antara misi komersial dan kewajiban pelayanan publik (PSO)? Apakah ekspansi ke Asia Pasifik justru membuat fokus pada pelayanan domestik terabaikan? Kritik semacam ini penting agar visi–misi tidak terjebak pada narasi profit semata.
4. Lensa Sosial & Keberlanjutan: Dampak bagi Masyarakat
Visi dan misi yang baik, benar dan tepat, juga harus berfokus pada keberlanjutan, tanggung jawab sosial, dan keberpihakan masyarakat.