3. Buat Draft "Leadership Vision Statement" (1--2 kalimat)
* Contoh: "Saya ingin menjadi pemimpin yang menginspirasi tim lewat keadilan dan keberanian mengambil keputusan."
Uji pernyataan ini pada diri Anda: apakah terasa autentik?
Studi Ilmiah dan Praktik Terbaik
Penelitian oleh Daniel Goleman dalam artikelnya "What Makes a Leader?" menunjukkan bahwa kecerdasan emosional lebih penting daripada IQ dalam menentukan efektivitas kepemimpinan. Selain itu, studi oleh Bass dan Riggio dalam "Transformational Leadership" menekankan pentingnya visi dalam memotivasi dan menginspirasi tim.
Praktisi sukses seperti Howard Schultz, mantan CEO Starbucks, juga menekankan pentingnya memiliki visi yang jelas dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim. Dalam MasterClass-nya, Schultz berbagi bahwa visi yang kuat membantu perusahaan menghadapi tantangan dan tetap fokus pada tujuan jangka panjang.
Kepemimpinan Dimulai dari Diri Sendiri
Kepemimpinan selalu dimulai dari diri sendiri. Dengan menemukan kompas diri, Anda tidak hanya tahu ke mana harus melangkah, tetapi juga memberi inspirasi bagi orang lain untuk ikut dalam perjalanan itu.
Pemimpin besar bukanlah yang punya semua jawaban, melainkan yang tahu pertanyaan mana yang paling penting untuk ditanyakan.
Refleksi untuk Anda:
+ Jika Anda berada di posisi Andi, bagaimana Anda akan menjawab 3 pertanyaan reflektif di atas?
+ Apakah visi kepemimpinan Anda lebih condong ke hasil jangka pendek atau dampak jangka panjang?
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Anda dapat mulai merumuskan kompas diri yang akan menuntun langkah kepemimpinan Anda ke depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI