Terimalah,
dengan hati yang tunduk,
seperti bumi meminum hujan,
seperti jiwa menghirup napas pertama subuh.
Sebab setiap titis rezeki
adalah surat cinta dari langit
yang mengetuk pintu hati kita
agar tidak lupa kepada Sang Pemberi.
Syukurilah,
bukan hanya dengan kata di bibir,
tapi dengan tangan yang ringan memberi,
dengan senyum hangat yang menyejukkan luka,
dengan langkah yang mendekatkan diri
kepada mereka yang menunggu uluran rahmat.
Ingatlah,
hidup adalah keseimbangan:
di satu telapak, kita menerima,
di telapak lain, kita memberi.
Seperti matahari yang menghangatkan bumi
tanpa meminta kembali cahaya yang ia beri,
seperti sungai yang tak pernah menagih
air yang ia alirkan ke samudera.
Janganlah kita hanya menunggu untuk diberi.
Jadilah sumber yang memancar,
bukan bejana yang hanya menampung.
Sebab kebahagiaan yang abadi
tidak lahir dari banyaknya yang kita genggam,
tetapi dari ringan dan tulusnya kita melepaskan.
Terima dengan syukur,
kasih dengan tulus
di situlah rahasia indahnya hidup,
di sanalah Allah menumbuhkan
taman bahagia di hati,
yang tak layu oleh waktu
dan tak runtuh oleh badai.
Note:
Menerima menenangkan hati, memberi menghidupkan jiwa. Setiap berkat, rahmat, dan karunia yang kita terima adalah undangan untuk menyalurkannya, agar cahaya rahmat-Nya terus berpindah dari hati ke hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI