"Komunikasi bukan sekadar transfer informasi, tapi transmisi emosi yang membangun kepercayaan."
Dalam ESI, komunikasi tidak bisa datar. Ia harus hidup, empatik, dan adaptif. NLP dan EI berpadu menciptakan komunikasi yang meaningful dan memorable. Kesan awal harus secair mungkin, inklusif, dan "enakeun" orangnya.
Di ruang lingkup disiplin ilmu ini, kita bisa belajr terus terkait Ilmu Komunikasi. Paling enak dan lepas, kalau kita banyak belajar pada para profesional, seperti Public speaker, dan Konsultan komunikasi bisnis.
7. HRD dan Pengembang Budaya Kerja Emosional
"Budaya organisasi yang sukses adalah budaya yang emosional: yang menyentuh hati karyawan dan pelanggan sekaligus."
Dalam pelatihan tim sales, ESI menjadi fondasi membangun customer intimacy dan emotional resilience sebagai budaya. SQ dan EI menjadikan organisasi lebih manusiawi. Bukan semata hubungan penjual dan pelanggan, tahu dan tidak tahu, senior dan junior, tapi lebih dari itu. Kita memanusiakan manusia hingga mampu meningkatkan martabatnya.
Disinni ilmu Human Capital & Organizational Development sudah mulai berperan. Profesional yang setara terkait area bahasan ini bisa kita pelajari dari para praktisi HR strategist, dan Corporate trainer.
Terus terang, sampai sini saja, sebagai seorang insan pembelajar saya pribadi merasa begitu berat dan menantang untuk mempelajari ESI ini. Meskipun demikian, mari kita lanjutakan bahasannya.
8. Praktisi Penjualan Lapangan & Reseller Profesional
"Penolakan bukan masalah jika Anda menjual dari hati, bukan sekadar dari target."
Saya terinspirasi dengan cerita seorang Investement Analyst. Katanya, temannya baru mendapat pekerjaan yang sangat diidamkannya setelah ia melamar dan berwawancara hingga 200 perusahaan!