"Menulis adalah perjalanan menaklukkan diri sendiri, di mana kata-kata menjadi jembatan antara hati yang merasa dan jiwa yang memahami."
Menulis adalah perjalanan panjang yang membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan jiwa yang mendalam. Seperti yang dialami oleh Ernest Hemingway yang berkata, "There is nothing to writing. All you do is sit down at a typewriter and bleed." Ini menunjukkan bahwa menulis bukan sekadar teknis, tetapi juga tentang menyampaikan perasaan yang tulus dan mendalam.
"Menulis itu bukan soal seberapa banyak yang kita hasilkan, tetapi seberapa banyak yang kita pelajari dari setiap tulisan yang kita buat."
1. Fokus pada Proses, Bukan Pengakuan
Sering kali, penulis pemula terjebak dalam obsesi mendapatkan pengakuan eksternal, seperti menjadi Artikel Utama atau pilihan editor di platform tertentu. Padahal, pengakuan adalah bonus, bukan tujuan utama. Yang lebih penting adalah bagaimana kita bertumbuh sebagai penulis sejati.
Contohnya, JK Rowling menulis Harry Potter sambil menghadapi penolakan berkali-kali. Namun, dia tetap menulis karena cinta pada karyanya, bukan demi pengakuan semata.
2. Menulis dengan Nyawa dan Jiwa
Tanyakan pada diri sendiri:
* Apakah aku sudah benar-benar menulis dengan nyawa dan jiwa yang dalam?
* Apakah tulisanku mengandung pesan yang kuat, bukan sekadar mengejar trending?
* Apakah aku sudah mempelajari pola tulisan yang lolos AU, tanpa kehilangan ciri khasku sendiri?
Ketika tulisan kita lahir dari hati, pembaca akan merasakan energi yang berbeda. Tulisan yang jujur dan autentik akan menemukan jalannya sendiri untuk sampai pada hati yang tepat.
3. Bangun Branding Diri sebagai Penulis Berkualitas