Berbagai studi menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki roadmap pengembangan SDM yang terstruktur mampu meningkatkan retensi karyawan hingga 58% lebih tinggi dibandingkan perusahaan tanpa perencanaan matang (McKinsey, 2023). Hal ini terjadi karena roadmap yang jelas memberikan arah dan tujuan bagi karyawan, meningkatkan motivasi, dan memastikan pengembangan karir yang terarah.
Riset lain dari Harvard Business Review (2022) mengungkapkan bahwa organisasi yang menerapkan strategi SDM berbasis multidisiplin mengalami peningkatan produktivitas hingga 35% dalam lima tahun. Pendekatan multidisiplin ini memungkinkan perusahaan untuk mengintegrasikan berbagai aspek pengembangan SDM, seperti pelatihan teknis, pengembangan kepemimpinan, dan manajemen kinerja, sehingga menciptakan tenaga kerja yang lebih adaptif dan kompeten.
Studi kasus dari Singapura (2015) melalui inisiatif SkillsFuture juga membuktikan pentingnya roadmap pengembangan SDM yang terstruktur. Sejak diluncurkan, program ini berhasil mengurangi kesenjangan keterampilan (skills gap) dan meningkatkan daya saing tenaga kerja Singapura di pasar global. Data menunjukkan bahwa 80% peserta SkillsFuture melaporkan peningkatan keterampilan yang signifikan, yang berdampak langsung pada produktivitas dan pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Di sisi lain, penelitian oleh World Bank (2020) menemukan bahwa negara-negara dengan roadmap pengembangan SDM yang jelas lebih siap menghadapi perubahan dunia kerja, terutama akibat otomatisasi dan digitalisasi. Misalnya, Jerman (2018) dengan sistem pelatihan vokasionalnya yang terintegrasi dengan industri, berhasil mempertahankan tingkat pengangguran pemuda di bawah 6%, jauh lebih rendah daripada rata-rata global.
Sementara itu, di Indonesia, riset oleh LPEM FEB UI (2021) tentang Program Kartu Prakerja menunjukkan bahwa meskipun program ini berhasil meningkatkan keterampilan peserta, terutama di bidang digital, masih diperlukan roadmap yang lebih komprehensif untuk memastikan keterkaitan antara pelatihan dan kebutuhan industri. Studi ini menegaskan bahwa tanpa perencanaan yang matang, upaya pengembangan SDM bisa kurang efektif dan tidak berkelanjutan.
Dari berbagai kajian dan studi kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa roadmap pengembangan SDM yang terstruktur bukan hanya meningkatkan retensi dan produktivitas, tetapi juga memastikan kesiapan tenaga kerja dalam menghadapi tantangan masa depan. Organisasi dan negara yang berinvestasi dalam perencanaan SDM yang matang akan lebih unggul dalam persaingan global dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
Best Practices dari Perusahaan Terkemuka
Beberapa perusahaan global telah menerapkan pendekatan ini dengan sukses. Mereka juga  telah menerapkan pendekatan berbasis expert dalam pengembangan SDM mereka:
* Google, misalnya, memiliki tim multidisiplin dalam pengembangan SDM yang menggabungkan psikologi perilaku, teknologi pembelajaran, dan manajemen perubahan untuk menciptakan pengalaman belajar yang optimal bagi karyawannya. Google juga Menggunakan kombinasi data-driven HR dan talent analytics untuk mengembangkan karyawan secara proaktif. Mereka melibatkan Data Scientist dalam HR untuk merancang kebijakan berbasis prediksi.
* Amazon, di sisi lain, menghubungkan pengembangan SDM dengan strategi bisnis melalui program pelatihan berbasis data yang dipimpin oleh HR Business Partner dan Talent Manager.
* GE (General Electric), secara terpogram telah menggunakan Learning & Development Specialist serta Business Coach untuk memastikan kesinambungan kepemimpinan di berbagai tingkatan organisasi.
* Unilever, berhasil mengembangkan program talent pipeline yang dirancang oleh Talent Managers, Career Counselors, dan Organizational Development Consultants untuk memastikan kesinambungan kepemimpinan di masa depan.
Tambahan Expert untuk Menajamkan Roadmap SDM
Jika kita berbicara tentang industri yang lebih spesifik, seperti sektor perkeretaapian, manufaktur, atau teknologi, maka beberapa expert tambahan mungkin dibutuhkan: