Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Meningkatkan Produktivitas Karyawan di Era Digital: Membangun Budaya Kerja Inklusif, Bahagia dan Produktif

22 Februari 2023   07:45 Diperbarui: 22 Februari 2023   08:01 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karyawan produktif dan bahagia itu aset termahal perusahaan di era multi disruptif | Pexels.com/Yan Krukau

Karyawan yang merasa bahagia cenderung lebih produktif, karena memiliki motivasi intrinsik yang tinggi dan puas dengan pekerjaannya. Mereka bersemangat dan termotivasi dalam menyelesaikan tugas, serta memiliki sikap positif terhadap pekerjaan. Karyawan yang bahagia juga lebih kreatif dan kolaboratif dalam bekerja, serta mudah beradaptasi dengan perubahan.

Di sisi lain, karyawan yang produktif cenderung merasa bahagia karena merespon tantangan dan mencapai hasil yang positif dari pekerjaan mereka. Mereka merasa berkontribusi terhadap kesuksesan perusahaan, memberikan kepuasan batin dan merasa dihargai oleh perusahaan. Selain itu, produktivitas yang konsisten dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa karyawan yang bahagia dan produktif tidak selalu berkaitan satu sama lain secara langsung. Karyawan dapat merasa bahagia karena faktor pribadi, tetapi kurang produktif di tempat kerja, dan sebaliknya.

Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung karyawan untuk merasa bahagia dan produktif. Lingkungan kerja yang aman, dukungan dari rekan kerja dan manajemen, kesempatan pengembangan, serta kompensasi yang adil dan layak dapat meningkatkan kesejahteraan dan kinerja karyawan secara keseluruhan.

Sebagai praktisi HR atau Human Capital, menciptakan lingkungan kerja yang seimbang antara kebahagiaan dan produktivitas harus menjadi prioritas utama. Fokus pada salah satu faktor saja tidak akan menghasilkan hasil optimal. Maka, praktisi HR dapat menciptakan program dan inisiatif yang memprioritaskan keseimbangan antara kebahagiaan dan produktivitas, seperti memberikan kesempatan pengembangan keterampilan, mendorong budaya kerja yang positif dan inklusif, memberikan kompensasi yang adil, menyediakan fleksibilitas kerja, dan menyediakan program kesejahteraan karyawan.

Dengan demikian, menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung karyawan untuk mencapai potensi pribadi dan profesional akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Jadi intinya, kebahagiaan dan produktivitas karyawan saling terkait dan memiliki pengaruh besar terhadap kinerja perusahaan. Keduanya menciptakan keseimbangan antara keduanya adalah kunci keberhasilan

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulannya, begitu pentingnya kita menyoroti pentingnya produktivitas karyawan di era digital dan tantangan yang dihadapi perusahaan. Khususnya dalam mengatasi perbedaan pandangan antar generasi, lingkungan kerja yang kurang inklusif, dan keseimbangan antara kebahagiaan dan produktivitas.

Untuk mengatasi hal ini, perusahaan dapat mengambil beberapa langkah praktis. Seperti melakukan penelitian tentang karakteristik, nilai, dan gaya kerja masing-masing generasi. Bisa juga dengan  melibatkan karyawan dari berbagai generasi dalam pembuatan kebijakan dan strategi perusahaan.

Cara lainnya adalah dengan memberikan pelatihan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan dari berbagai generasi. Termasuk dengan memperhatikan perbedaan individual antara karyawan, dan membuat lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung.

Rekomendasi untuk praktisi HR/HCM adalah untuk memahami nilai, cara pandang, dan pengalaman masing-masing generasi.  Ini semua dimaksudkan agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan efektif untuk semua karyawan. Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan perbedaan individual antara karyawan, bukan hanya perbedaan generasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun