Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Childfree, Tren Tanpa Anak dan Pandangan Islam

11 Februari 2023   12:06 Diperbarui: 11 Februari 2023   12:44 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bila memiliki anak keturunan itu fitrah, lalu mengapa memilih childfre ? | pexels.com/Ryutaro Tsukata

Orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak disebut dengan istilah "Childfree". Ini adalah pilihan yang diambil setelah mempertimbangkan berbagai faktor, mulai dari biaya hidup yang tinggi dan konsekuensinya, mental dan emosional, hingga pertimbangan over populasi. 

Beberapa orang menganggap menjadi orang tua sebagai kewajiban, namun ada juga yang memandangnya sebagai keinginan. 

Namun, tidak sedikit pula yang memilih untuk menjadi childfree karena takut menjadi orang tua yang tidak bertanggung jawab. Terlepas dari alasan, trend menjadi childfree kini semakin populer dan membuat orang mempertimbangkan ulang apakah menjadi orang tua adalah solusi untuk hidup yang lebih baik atau justru sebaliknya.

Childfree adalah istilah yang muncul sekitar tahun 1972 yang digunakan untuk mereka yang memilih tidak memiliki anak, baik melalui biologi maupun adopsi, atau mereka yang tidak mampu memiliki anak karena tidak subur. 

Tren childfree kini mulai mencuat lagi dan membuka pertanyaan mengenai pandangan Islam terhadap tren ini. Banyak alasan yang mempengaruhi seseorang untuk memilih childfree, mulai dari faktor psikologis, ekonomi, mental, personal, budaya, hingga pertimbangan over populasi.


Chilfree dan Penyebab Orang Memilih Childfree

Ada beberapa alasan yang mendasar mengapa seseorang memilih untuk menjadi childfree, seperti faktor psikologis, ekonomi, mental, personal, budaya, dan pertimbangan over populasi. 

Beberapa orang mungkin takut menjadi orang tua yang tidak bertanggung jawab, sedangkan yang lain mungkin tidak mampu memenuhi biaya hidup anak, atau merasa bahwa anak akan menghambat kesuksesan karir mereka. Ada juga yang mempertimbangkan over populasi dunia sebagai alasan untuk tidak memiliki anak.

Sebagian orang memilih childfree karena takut menjadi orang tua yang tidak bertanggung jawab dan memberikan luka pada anak. Alasan ini sebenarnya tidak tepat dan terkesan mengada-ngada, karena menikah saja tetap bisa membuka peluang menyakiti pasangannya. 

Bisa karena mis komunikasi, adanya perbedaan latar belakang, tujuan, nilai-nilai hidup dan kepentingan. Juga karena adanya godaan, baik dari dalam diri maupun dari luar. Beberapa orang juga beranggapan bahwa memiliki anak bukanlah kewajiban dalam hidup, dan lebih mudah tidak memiliki anak.

Para pemikir dan pengamat sosiologi sepakat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memilih gaya hidup "Childfree", yaitu tidak memiliki anak. Faktor-faktor tersebut di antaranya meliputi faktor psikologis, ekonomi, mental, personal, budaya, dan pertimbangan over populasi.

Faktor psikologis, seperti takut menjadi orang tua yang tidak bertanggung jawab, memberi luka pada anak, atau karena ada pengalaman di keluarga besarnya yang melihat anak-anaknya memberikan masalah serius bagi orang tuanya.

Faktor ekonomi, seperti tingginya biaya hidup dan khawatir tidak mampu memenuhi kebutuhan anak, hingga biaya sekolah yang dirasakan kian mahal.

Faktor mental, seperti khawatir proses melahirkan yang dianggap menyakitkan dan menakutkan,serta alasan menjadi orang tua bukanlah hal mudah dan kejiwaan harus stabil untuk mendidik anak dengan baik.

Ada juga pandangam atau pendapat bahwa solusi awet muda adalah dengan tidak memiliki anak. Rasanya, menurut hemat saya ini pandangan dan pendapat yang tidak pas. 

Bisa jadi ini untuk menutupi karena dirinya tidak subur alias mandul. Bisa juga karena ada banyak upaya dan cara lain untuk tetap awet muda tanpa harus memilih untuk childfree. 

Terbukti, banyak pasangan yang saat difoto dengan anaknya, nyaris seperti adik dan kakak. Padahal itu adalah benar-benar anak biologisnya sendiri, namun tetap charming, memukau dan bermuda.

Faktor personal, seperti menganggap anak sebagai penghambat kesuksesan karir dan memandang kehadiran anak sebagai hal yang merepotkan.

Faktor budaya, seperti adanya tekanan dari keluarga dan kerabat untuk memiliki anak. Dan faktor terakhir, pertimbangan over populasi, banyak orang yang memilih untuk tidak memiliki anak agar dapat menstabilkan jumlah penduduk dunia.

Namun demikian, pilihan hidup Childfree ini merupakan hal yang personal dan sangat tergantung pada pandangan dan perasaan setiap individu. Semua pihak harus menghormati dan tidak menghakimi seseorang yang memilih hidup Childfree. Karena setiap orang memiliki pilihan dan alasan yang berbeda-beda dalam menjalani hidupnya.

Pandangan Islam tentang Kebebasan Tanpa Anak

"Pemilikan keturunan adalah hal yang alami bagi makhluk hidup, bahkan bagi hewan," ujar Buya Yahya sebagaimana yang dibagikan melalui kanal YouTube Al-Bahjah TV. Ia menjelaskan bahwa hewan pun memiliki hasrat untuk memiliki keturunan, tentu saja hal ini lebih kuat dialami oleh manusia. 

Jika hewan saja memiliki hasrat untuk memiliki keturunan, bagaimana mungkin manusia tidak memilikinya. Menurut Buya Yahya, setiap orang yang sehat secara alami akan merindukan memiliki anak. Fitrah makhluk hidup adalah untuk menginginkan atau mengharapkan adanya keturunan dan melestarikan warisan.  

Oleh karena itu, bagi mereka yang tidak memiliki anak karena fitrah mereka yang rusak, perlu mendapatkan doa dan perhatian khusus. Pemikiran kebebasan tanpa anak (childfree) menurut Buya Yahya tidak normal dan tidak sesuai dengan fitrah alami manusia. 

Oleh karena itu, mereka perlu diberikan dukungan dan doa agar dapat sembuh. Namun, Buya Yahya menekankan bahwa kita tidak perlu mempengaruhi orang lain untuk mengikuti pemikiran ini karena itu tidak sesuai dengan fitrah alami manusia.

Dalam Islam, memiliki anak dan merawat mereka adalah salah satu tugas penting bagi setiap pasangan suami-istri. Allah SWT dalam Al-Qur'an mensyari'atkan umat untuk menikah, tepatnya dalam Surat An-Nur ayat 32:

"Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antaramu, juga orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Mahaluas pemberian-Nya, Maha Mengetahui."

Anjuran ini antara lain ditujukan agar umat Muslim memiliki keturunan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Begitu juga dalam pernikahan, tujuannya adalah melestarikan keberlangsungan jenis manusia dan melahirkan keturunan yang shalih. Alasan ini juga menjadi alasan disyari'atkannya pernikahan.

Namun, jika ada pasangan yang memiliki masalah kesehatan atau hal lain yang membuat mereka tidak dapat memiliki anak, maka hal tersebut diakui dalam Islam sebagai suatu hal yang tidak bisa dikendalikan. Dalam hal ini, mereka bisa berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan dan solusi lain, seperti memadukan diri dengan anak yatim, anak angkat, atau membantu keluarga lain yang membutuhkan.

Adapun alasan karena khawatir tak cukup finansial atau semisalnya ini disebabkan karena alasan yang tidak cukup kuat meyakini kasih sayang Allah SWT yang Maha Pemberi Rezeki. Padaha l Dia nyatakan dalam Surat An-Nahl ayat 72 bahwa Dialah yang menganugerahi manusia dengan sebaik-baiknya nikmat. Islam tidak menganjurkan sikap untuk memilih childfree dengan sengaja.

Menikah dan memiliki keturunan dikatakan pula sebagai fitrah manusia di dunia. Konsep memiliki keturunan sebagai tujuan dari sebuah pernikahan dapat dilihat juga pada Surat An-Nahl ayat 72 : 

"Allah menjadikan untukmu pasangan (suami atau istri) dari jenismu sendiri, dan menjadikan anak cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah ?"

Memiliki anak keturunan adalah panggilan fitrah setiap manusia. Memilih untuk tidak memiliki anak adalah mengingkari fitrah dan nikmat-Nya, dan termasuk pada perbuatan batil.

Secara keseluruhan, pandangan Islam tentang childfree adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan fitrah alami manusia dan tidak dianjurkan. Memiliki keturunan dan berkontribusi dalam membentuk generasi muda yang sholeh adalah hal yang sangat penting dan menjadi tugas setiap pasangan suami istri. Namun, jika ada hal-hal tertentu yang membuat seseorang tidak bisa memiliki anak, maka hal tersebut diterima dalam Islam dan solusi lain bisa dicari. Semoga dengan mengetahui pandangan Islam tentang childfree, kita dapat memahami betapa pentingnya memiliki keturunan dan berkontribusi dalam membentuk generasi muda yang sholeh. 

Kesimpulannya, childfree adalah istilah untuk mereka yang memilih untuk tidak memiliki anak dan mulai populer kembali. Beberapa alasan seseorang memilih gaya hidup childfree termasuk faktor psikologis, ekonomi, mental, personal, budaya dan pertimbangan over populasi. Takut menjadi orang tua yang tidak bertanggung jawab, khawatir biaya hidup anak, dan khawatir proses melahirkan menyakitkan dan menakutkan adalah beberapa alasan orang memilih childfree.

Meskipun ada alasan yang mempengaruhi seseorang untuk memilih childfree, kita seharusnya tidak terlalu terpaku pada pandangan negatif terhadap menjadi orang tua. Menikah dan memiliki anak juga membuka peluang membina hubungan yang harmonis dan menyenangkan, serta dapat membantu menjaga kesehatan dan menjaga agar tetap awet muda. Kita seharusnya tidak terpaku pada pendapat bahwa solusi untuk awet muda adalah dengan memilih childfree. Sebaiknya, memutuskan untuk memiliki anak atau tidak merupakan keputusan pribadi yang harus diambil dengan cermat dan bijak.

Islam bahkan menegaskan bahwa memiliki anak justru merupakan panggilan fitrah setiap manusia. Anak bisa dijadikan media untuk mengamalkan ilmu dan membekali mereka untuk kehidupan dan menjadikannya generasi yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun