Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidik, Bahaya Laten Chatbot Ini Perlu Diwaspadai!

7 Januari 2023   10:30 Diperbarui: 7 Januari 2023   10:46 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plus Minus Chatbot | pixabay.com

Aplikasi chatbot yang saya kenal selama ini adalah layanan pelanggan otomatis. Apa pun pertanyaan saya terhadap layanan sebuah jasa dalam aplikasi chatbot itu, dapat dijawab dengan baik. Ada yang memandu agar kita memilih opsi pertanyaan, namun ada juga yang mengarahkan pada tindakan yang harus kita lakukan. Dari sini saya melihat, sepertinya petugas customer service di masa depan nyaris banyak terambil alih pekerjaannya. Pertanyaan-pertanyaan dasar dan sering diajukan akan dapat diatasi oleh chatbot.

Sekarang, teknologi chatbot terbaru sudah terlahir. Ia lebih canggih dari yang saya kira. Namanya ChatGPT. ChatGPT ini merupakan sebuah perangkat lunak berupa model bahasa generatif berteknologi AI yang canggih. Ia menggunakan teknologi transformer yang mampu memprediksi probabilitas kalimat atau kata berikutnya dalam suatu percakapan ataupun perintah teks.

Platform percakapan berbasis kecerdasan buatan (AI) ini, dirancang untuk mampu merangkai kata-kata hingga mirip tulisan manusia sungguhan berdasarkan permintaan pengguna. Ia mampu menjawab pertanyaan dan membuat percakapan yang alami dengan pengguna dan berfokus untuk memudahkan pengguna. Bagi saya pribadi, dalam skala dan batasan tertentu, chatbot ini bisa dijadilan alternatif lain dari mesin pencarian Google. Tak menutup kemungkinan, sebagai mesin pencarian dan "solusi", chatbot ini akan jadi pesaing bagi Google, bahkan berpotensi mengalahkannya.

Inilah Sejumlah Kelebihannya !

Di setiap waktu luang yang berbeda, dalam dua hari kemarin, saya coba jajaki dengan beragam pertanyaan dan topik. Hasilnya, chatbot ini punya banyak kelebihan.


1. Alat ini mampu menjawab pertanyaan secara otomatis, cepat, dan mendetail, juga sanggup memahami bahasa alami manusia. Teks tulisannya sungguh mirip dengan buatan manusia, terlihat alami dan tidak terlihat seperti mesin. Al hasil, tulisan manusia dan hasil ChatGPT nyaris tak bisa dibedakan diantara keduanya.

2. Model ini juga dapat memahami konteks percakapan dan menggunakannya untuk memberikan jawaban yang sesuai. Ini membuat ChatGPT menjadi pilihan yang bagus untuk menambah pengetahuan atau referensi. Namun keputusan solutif, tetap berada di tangan kita, karena kita lebih mengetahui konteksnya yang sesuai dengan kondisi di lapangan terkini.

3. Skalabilitas. Teknologi ini dapat digunakan dalam berbagai aplikasi dan skenario yang berbeda, sehingga mudah diadaptasi untuk berbagai kebutuhan.

4. Kemampuan pembelajaran mesinnya canggih. Apa pun yang kita tanyakan kepadanya dan bentuk percakapan yang terjadi ia catat dan ia simpan dengan baik. Kemudian dari pola percakapan ini yang kemudian dijadikan oleh chatbot untuk dapat memberikan jawaban yang lebih akurat dan relevan dengan waktu.

5. Pertanyaan yang rumit pun cukup baik ia tangani. Seperti menangani pertanyaan yang memiliki struktur atau kalimat yang rumit, dan ia mampu memberikan jawaban yang sesuai.

6. Kemampuan mengakomodasi bahasa yang berbeda. Ia dapat dioptimalkan untuk menangani bahasa yang berbeda, sehingga dapat digunakan dalam skenario yang beragam.

7. Kemampuan multitasking: Ia dapatt melakukan lebih dari satu tugas sekaligus, sehingga dapat menangani beberapa permintaan dari pengguna secara bersamaan.

8. Kemampuan menghasilkan teks yang bervariasi. Ia dapat menghasilkan teks yang bervariasi dan tidak terlihat seperti mesin, sehingga dapat memberikan pengalaman yang lebih alami bagi pengguna.

9. Kemampuan mengakomodasi perubahan konteks. Ia mampu memahami dan mengakomodasi perubahan dalam konteks percakapan, sehingga dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan situasi yang berubah.

10. Kemampuan mengakomodasi input yang tidak sempurna. Input yang tidak sempurna atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetap bisa tangani dengan memberikan jawaban yang sesuai dengan apa yang diminta pengguna.

11. Kemampuan menghasilkan teks yang konsisten. Hebatnya lagi, gaya bahasa dan tata bahasa yang nyaris benar & sempurna, sehingga mudah dipahami oleh pengguna.

12. Mampu menangani pertanyaan yang tidak diketahui. Ketika ia tidak memiliki informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan secara spesifik, ia akan senantiasa menyarankan pada sebuah sumber informasi, atau mencoba mengarahkan pengguna ke arah jawaban yang tepat.

13. Bahasa gaul atau slang yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari pun ia mampu tangani. Tak heran bila ia jadi mampu memberikan jawaban yang lebih relevan bagi pengguna.

14. Preferensi pengguna pun ia mampu akomodasi. Gaya bahasa atau topik yang disukai, ia serap sehingga ini dapat memberikan pengalaman yang lebih personalisasi bagi penggunanya.

Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa teknologi chatbot yang satu ini sungguh punya banyak keistimewaan. Ia mampu mampu memberikan jawaban yang akurat dan relevan dengan menggunakan kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin, sehingga dapat memberikan pengalaman yang lebih alami bagi pengguna. Chatbot yang satu ini juga mampu menangani bahasa yang berbeda dan mengakomodasi preferensi pengguna, sehingga dapat memberikan pengalaman yang lebih personalisasi dan mudah dipahami. Hal ini dimungkinkan, karena chatbot ini dapat terus belajar dari percakapan yang telah dilakukannya, sehingga dapat memberikan jawaban yang lebih akurat dan relevan dengan waktu.

Kelemahan yang Ada Saat Ini

Sebagai sebuat mesin dan teknologi, tidak menutup kemungkinan chatbot ini masih berpeluang atau berpotensi menyajikan informasi yang salah sebagai fakta. Kelemahan chatbot juga ditemukan bahwa ia tidak memiliki pemahaman akan konteks yang real dan "utuh" sesuai kondisi di lapangan. Plus keterbatasan dalam keterampilan berpikir kritis, dan kemampuan membuat keputusan berdasarkan etika. Lebih jauh, inilah beberapa temuan dari kelemahan chatbot ini :

1. Ketidakmampuan untuk memahami kontekstual dari pertanyaan yang diajukan, sehingga dapat menjawab dengan tidak tepat atau tidak relevan.

2. Biasanya tidak dapat memberikan jawaban yang spesifik dan rinci terhadap pertanyaan yang diajukan.

3. Rentan terhadap bias data, jika model dilatih dengan data yang tidak seimbang atau tidak representatif dari dunia nyata.

4. Tidak dapat menangani pertanyaan yang tidak pernah diajukan sebelumnya, sehingga dapat menjawab dengan tidak tepat atau tidak relevan.

5. Membutuhkan komputasi yang besar dan waktu yang lama untuk melatih model tersebut, sehingga tidak dapat digunakan secara real-time.

Sejumlah Kekhawatiran Ini Perlu Diberi Atensi

Dari 2 kali saya melakukan penelusuran, terbesit juga sebuah kekhawatiran dalam aplikasinya di dunia pendidikan. Khususnya bagi siswa, mahasiswa, peserta didik yang diberi tugas online seperti peserta Career Development Program (CDP) dan Management Trainee (MT) di perusahaan.

Teknologi chatbot ini saya khawatirkan akan meningkatkan ketidakjujuran dalam kegiatan akademik, dan menumbuhkan kebiasaan menyontek pada peserta didik. Lebih jauh, bisa juga berpengaruh buruk terhadap kemampuan belajar siswa. Apalagi dari jawaban yang saya uji itu masih ada potensi kontennya tidak aman dan akurat sehingga bisa menciptakan "kesan kehebatan", tapi salah atau keliru. Semisal, hal yang ditanyakan berulang dengan kata kunci yang berbeda, direspon dengan menempatkan jawaban yang esensinya sama sebagai poin yang berbeda.

Beberapa pengamat juga mengkhawatirkan, teknologi ini bisa berdampak orang malas berpikir dan tak mampu melatih kita berpikir kritis dan memecahkan masalah. Padahal dua keterampilan ini sangat penting untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain, teknologi ini akan mengikis kreativitas manusia karena wawasan ChatGPT yang sangat terbatas. Karena itu pula, tidak seharusnya alat ini digunakan untuk mengerjakan hal-hal penting yang membutuhkan akurasi tinggi, realistis sesuai kondisi sekarang, dan sesuai konteks kekinian.

Tidaklah mengherankan, seperti yang dilansir dari vice.com, Dinas Pendidikan Kota New York menjadi salah satu yang pertama memblokir akses ChatGPT. Alasan mereka, chatbot milik OpenAI itu rentan disalahgunakan peserta didik.

Potensi Bahaya Saat Tugas dan Test Online

Bila ada pihak yang mengkhawatirkan bahwa chatbot ini bisa membahayakan proses ketidakjujuran saat adanya test online, itu dapat dimengerti. Namun model bahasa seperti chatbot ini tidak secara langsung dapat membahayakan proses ketidakjujuran saat ada tes online. Meski ada kemungkinan bahwa chatbot dapat digunakan untuk mencoba menipu sistem tes online dengan menghasilkan jawaban yang benar secara tidak sah.

Oleh karena itu, penting bagi penyelenggara tes online untuk menerapkan tindakan pencegahan seperti pemeriksaan identitas pengguna dan verifikasi ulang jawaban yang dihasilkan oleh chatbot atau model bahasa lainnya.

Sejumlah Tindakan Ini Perlu Diambil

Untuk mengantisipasi potensi atau "bahaya laten" ketidakjujuran ini, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh pendidik sebagai penyelenggara ujian. Guru, sekolah, dosen, universitas atau penyelenggara ujian perlu melakukan antisipasi ini :

Pertama, menerapkan sistem autentikasi yang ketat untuk memverifikasi identitas pengguna sebelum memberikan akses ke tes online kepada peserta test.

Kedua, menggunakan software deteksi plagiasi atau pemeriksaan manual untuk memastikan bahwa jawaban yang dihasilkan oleh mesin chatbot tidak sama dengan jawaban yang telah ada sebelumnya.

Ketiga, menyiapkan pertanyaan yang rumit, komplek atau memiliki beberapa jawaban yang mungkin benar, sehingga sulit bagi chatbot atau model bahasa lainnya untuk memberikan jawaban yang benar secara tidak sah.

Keempat, menyiapkan pertanyaan yang membutuhkan pengetahuan atau keterampilan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan ChatGPT atau model bahasa lainnya.

Kelima, mengawasi secara ketat proses tes online untuk mencegah kecurangan atau penipuan.

Keenam, menyiapkan sistem hukuman yang tegas bagi siswa atau mahasiswa yang terbukti melakukan kecurangan atau penipuan saat mengerjakan tes online.

Ketujuh, mempertimbangkan Kembali bobot penilaian peserta didik dengan aktivitas keterlibatannya di kelas saat bertanya langsung dan diskusi, hingga kemampuan mempersentasikan secara langsung penguasaan materi dan ide-idenya.

Bisa jadi, kehadiran chatbot ini jadi pekerjaan tambahan bagi pihak pendidik, lembaga pendidikan dan bagian diklat di Departemen HR / Human Capital. Karena itu, tindakan pencegahan ini merupakan bagian dari proaktivitas dan tanggung jawab pihak pendidik dan lembaga atau penyelenggara pendidikan untuk menjaga integritas dan ketidakjujuran tugas, proses belajar mengajar, dan tes online. Adanya keterbasan teknologi ini dan masalah etis, tetaplah harus diantisipasi dengan baik, bijak dan tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun