Mohon tunggu...
Agung Kresna Bayu
Agung Kresna Bayu Mohon Tunggu... Konsultan - Alumni Fisipol UGM

Mengolah keseimbangan intelektual antara logika dan spiritual

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia, Terbatasnya Identitas dan Upaya Melampauinya

18 Juli 2019   10:07 Diperbarui: 18 Juli 2019   12:09 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://republika.co.id 

Gelora harmoni, damai, dan persatuan adalah pijakan untuk melihat Indonesia berarti di mata dunia. Kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, kepribadian budaya terejahwantah dalam arus utama perencanaan negeri ini. Menyoal politik secara spesifik, artikulasi mengolah kekuasaan bukan dominasi merupakan bagian aktivasi demokrasi. 

Indonesia adalah kawacandradimuka keberagaman, baik identitas maupun pemikiran. Arus utama kajian global merujuk pada upaya mengakui perbedaan berdalil multikulturalisme. 

Menyorot multikulturalisme secara spesifik, sebagai konsep yang lahir dari barat maka stuktur batinnya adalah konteks barat tersebut. Oleh karenanya, kepercayaan diri sebagai akademisi Indonesia menjadi dasar awal membaca konsep, teori, atau paradigma ilmu barat bukan sebagai saduran untuk diterapkan di Indonesia melainkan memahmai logika serta mengambil nilainya.

Perbedaan adalah keniscayaan di Indonesia, termasuk konflik yang menjadi bagian dari kehidupan. Saat ini bukan waktunya untuk berimajinasi soal ke-Indonesia-an melainkan bertindak merajut Indonesia. Pada sisi lain terkesan sulit, saat dibesarkan dalam satu identitas yang eklusif dan memproduksi pandangan bahwa yang berbeda adalah lawan.  

Sebagaimana kajian-kajian soal keberagamaan di Indonesia yang lebih sering menyorot konflik, pertumpahan darah, dan kekerasan ketimbang persaudaran, kemanusiaan, dan pengharagaan dalam perbedaan. Oleh karenanya , bukan alergi atau menolak terhadap konflik melainkan mengolahnya tidak sekadar transisi tetapi transformasi.

Saat terdapat pertanyaan apa itu Indonesia? berbagai pihak dari latar belakang multi variatif dan ke-ilmu-an memberikan pendapat masing-masing berdasarkan basis keilmuan dan pengalamannya terkait negeri ini. Seorang ilmuan sosial akan memakani Indonesia sebagai arena untuk berkontribusi pada terbentuknya partisipasi masyarakat dan upaya pegentasan kemiskinan. 

Seorang ilmuan biologi akan berusaha memaknai Indonesia sebagai wahana biodeversitas dan menjaga ekosistem negeri zamrud khatulistiwa, sedangkan seorang fisikawan akan berpendapat bagaimana memanfaatkan sumber daya energi sebagai bagian untuk menggapai kemerdekaan serta kedaulatan energi dan seorang ahli pertanan akan berupaya menjaga ketahanan serta kedaulatan pangan nasional. 

Namun, bagaimana memjadikan Indonesia bukan dimaknai secara partikular tetapi melampaui batas llmu-ilmu tersebut, sehingga dapat saling berkolabrasi dalam uapaya pencapaian cita-cita bangsa sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar.

Selanjutnya, tilikan berbasis identitas memberikan multi variasi lain pemaknaan atas Indonesia, baik agama, suku, ras, etnik, maupun antar golongan. Hal ini memberikan pemahaman  bahwa setiap individu maupun kelompok dapat memberikan makna terhadap negerinya, pemaknaan tersebut juga tidak terbatas teritorial sebagai bagian warga negara, pun warga dunia juga memberikan penilaian lain atas Indonesia. 

Namun, pernahkah kita menyadari bahwa pemaknaan tersebut terkadang membuat prahara serta tumpang-tindih padahal sama-sama bertujuan ke arah kebaikan bersama. 

Oleh karenanya sepantasnya kita menyadari bahwa identitas baik bersifat latar belakang ke-ilmu-an, agama, suku, ras, dan antar golongan memiliki sifat yang partikular, sehingga untuk dapat menyatukan pandangan soal Indonesia diperlukan sebuah rantai yang dapat menjahit, merajut, dan menyambungkan partikularitas identitas tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun