Mohon tunggu...
Agung Kresna Bayu
Agung Kresna Bayu Mohon Tunggu... Konsultan - Alumni Fisipol UGM

Mengolah keseimbangan intelektual antara logika dan spiritual

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia, Terbatasnya Identitas dan Upaya Melampauinya

18 Juli 2019   10:07 Diperbarui: 18 Juli 2019   12:09 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://republika.co.id 

Dengan demikian bagaimana memahami bahwa identitas itu memiliki kerentanan dan melampauinya untuk bertransformasi menjadi kerja kolaboratif untuk berkarya dan bekonribusi bagi bangsa. Salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai pijakan dan rantai penyambung adalah Indonesia, sehingga multi variasi pemakaan atasnya dapat terajembatani melalui upaya membangu negeri ke arah lebih baik.

Namun persoalan politik seringkali mengalami simplifikasi sebatas kekuasaan, sehingga saat berbicara politik sebagian enggan bersuara karena menyangkut kepentingan kelompok tertentu dan berusaha mengunci kekuasaan nya atas jargon rakyat dan wong cilik. Pada titik inilah, hakikat politik tidak mendapati arti sesungguhnya dan terbatas pada masalah transaksional pemilu atau upaya memengaruhi orang lain untuk tunduk pada kepentingannya. 

Padahal politik memiliki arti sebagai upaya untuk mengolah hubungan, sehingga menjadikan Indonesia sebagai arena politik untuk mengolah hubungan berbagai individu dan kelompok adalah hakikat sesungguhnya. Pada realita kesehariaan, kita telah menjalankan politik secara tidak sadar, saat berjumpa dan berkomunikasi dengan pihak lain disitulah terdapat dimensi politik. 

Oleh karenanya kesadaran atas terbatasnya diri adalah refleksi bahwa diri kita tidak pernah utuh dan selalu berusaha mengisi kekosonganya dengan berinteraksi dengan pihak lain. Akan tetapi, bagaimana memaknai setiap hubungan tersebut sebagai bagian untuk saling memahami, mengerti, dan mencari nilai perjuangan bersama bukan upaya mempertotonkan keutuhan diri serta menjadikan pihak lain sebagai objek untuk mendapatkan rekognisi. 

Oleh karenanya, sadarlah dan lampauilah diri terlebih dahulu untuk memahami posisinya sebagai makluk sosial, warga negara, dan warga dunis . Kesadaran ini akan menjadi bahan refleksi soal terbatasnya identitas yang selama ini menjadi basis rekognisi dan kenikmatan. 

Saat sudah menyadari hal tersebut dan tidak terdapat upaya dominasi untuk menjadi penyelamat negeri barulah kita dapat melakukan kerja kolaboratif lintas sektor, lintas generasi, dan lintas identitas, bahkan sampai pada spirit transdisiplin ilmu pengetahuan, dengan menjadikan Indonesia bukan sebatas nama negara atau teritori administrasi melainkan arena yang tidak akan pernah berhenti untuk kita maknai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun