Dalam kehidupan, seperti telur yang menunggu di sarang,Kita menemukan makna yang dalam dalam janji.
Telur, simbol kehidupan yang menjanjikan,Menyimpan potensi besar di dalam cangkangnya.
Janji, seperti telur yang belum menetas,Mengandung harapan dan impian yang belum terwujud.
Namun, seperti telur yang harus diperhatikan dan dirawat,Janji juga memerlukan perhatian dan komitmen untuk menjadi kenyataan.
Tetapi, jika tidak dijaga dengan baik,Telur bisa retak dan janji bisa hancur.
Kita belajar dari telur untuk menjaga janji dengan hati-hati,Konsisten dan setia dalam upaya untuk memenuhi apa yang dijanjikan.
Sehingga, seperti telur yang menetas menjadi kehidupan baru,Janji yang dipenuhi membawa harapan yang terwujud dan kebahagiaan yang sejati.
Di cangkang putih yang rapuh,
Tersimpan janji kehidupan yang utuh.
Embrio mungil, terbungkus kasih sayang,
**Menanti saatnya untuk menetas dan terbang.
Janji telur, tak ubahnya janji manusia.
Diucapkan dengan penuh keyakinan dan cinta.
Menjanjikan kebahagiaan dan masa depan cerah,
**Menebar harapan di hati yang merindukan.
Namun, tak semua janji ditepati.
Telur tak selalu menetas menjadi burung yang indah.
Janji manusia pun tak selalu terwujud nyata,
**Meninggalkan luka dan rasa kecewa yang mendalam.
Seperti telur yang rapuh,
Janji pun mudah pecah dan terurai.
Harus dijaga dengan hati-hati dan penuh perhatian,
**Agar tak terluka dan sirna ditelan kenyataan.